Kalo ditanya seputar susah
tidaknya meraih titel sarjana, maka saya dengan mantap menjawab,
“Alhamdulillah, saya tidak mengalami hambatan yang berarti.”
Kenapa?
Selain target, hal yang tidak kalah pentingnya dalam meraih hal tersebut adalah
KEMAUAN DAN KEBULATAN TEKAD. Biarpun kamu sudah menargetkan bahwa kamu akan
memakai toga di bulan April 2014, jika dari sekarang kamu belum memikirkan
judul (bahkan judul kamu itu ‘masih di luar kepala’) maka itu sama dengan nyari
beruang kutub di Kalimantan----alias sia-sia.
Jadi apa dong?
Baiklah, tanpa membuang waktu dan
koin recehan, saya akan membagi pengalaman saya meraih titel
sarjana----berdasarkan institusi tempat saya menimba ilmu, UIN Alauddin
Makassar. Meski bersifat khusus, saya berusaha agar tulisan ini tetap nyaman
dikonsumsi siapapun yang sudah akan melangkah ke tahap tersebut. Cekidot!
1. Berkas-berkas
Sebelum kamu mendaftar ujian
meja, pastikan berkas-berkas kamu sudah lengkap dan mantap. Biasanya; mereka
bakal minta sertifikat kegiatan yang kamu wajib ikuti di semester I dan II,
blangko SPP mulai semester awal hingga akhir, sertifikat KKN, KTM (Kartu Tanda
Mahasiswa), daftar nilai sementara dari jurusan, photo copy ijazah SMA, dan foto untuk ijazah sarjana. Buat kamu
yang pernah cuti, pastikan kamu melampirkan surat keterangan cuti yang
ditandatangani oleh dekan fakultas.
Untuk foto ijazah----berdasarkan
apa yang berlaku di UIN Alauddin Makassar----modelnya sebagai berikut:
a. Untuk yang cowok: foto
berlatar merah dengan memakai kemeja putih, berdasi hitam, dan berjas hitam.
b. Untuk yang cewek: foto
berlatar merah dengan memakai jilbab hitam (memperlihatkan telinga), berkemeja
putih, dan berjas hitam.
Kalo kamu nggak ingin telinga
kamu keliatan----iya, nggak modis banget ya keliatannya, apalagi buat yang hobi
share foto ----kamu bisa buat surat
pernyataan. Contohnya banyak kok di internet. Kalo mau minta filenya, bisa
hubungi saya lewat inbox.
Buat yang penasaran bawahannya
pake apa, TERSERAH AJA mau pake apa nggak, kan nggak keliatan (a.k.a cuma
setengah badan doang).
Oya, usahakan kamu foto di studio
foto. Jangan foto di rumah terus diedit pake Photoshop, hasilnya pasti kurang
maksimal. Lebih-lebih kalo kamu ngedit pake Camera360.
Di studio foto kan biasanya ada kamar ganti, jadi kamu bisa ganti baju disana
tanpa khawatir ada yang ngintip. Dan lebih penting lagi, biayanya juga sama aja
kok.
Kenapa kamu perlu menyiapkan
berkas di awal-awal? Biasanya----dan sering terjadi, mahasiswa seneng banget
SKS (Sistem Kebut Semalam). Maunya semua beres dalam sehari. Okelah kalo berkas
kamu lengkap semua, tapi kalo ada yang hilang----kayak blangko SPP? Ingatlah
pepatah yang sering banget didengungkan, “Sedia jas hujan dan simpan di bagasi
motor sebelum hujan, karena sedia payung sebelum hujan sudah terlalu mainstream.”
2. Judul skripsi
Sering terjadi, mahasiswa sering
menyiapkan judul skripsi masterpiece.
Saking kerennya, tuh draft skripsi masih berkutat di latar belakang masalah.
Begitu sadar, taunya udah tahun 3025.
Saran saya, pilihlah judul skripsi sesuai dengan KEMAMPUAN OTAK dan JURUSAN.
Misalnya, jurusan saya adalah Hukum Pidana dan Ketatanegaraan. Tentu, pemilihan
judulnya seputar masalah Hukum Pidana atau Hukum Tata Negara, tinggal kamu dan
otak kamu yang menyesuaikan untuk memilih yang mana. Jangan pernah mengerjakan
skripsi bertema Hukum Pidana bila otak kamu lebih cenderung ke masalah Hukum
Tata Negara. Jangan juga mengangkat skripsi bertema pernikahan atau wakaf,
karena itu bukan bidang kajian jurusan kita.
Bila judul kamu nggak diterima,
bukan berarti judul kamu jelek. Kemungkinan besar judul kamu sudah ada yang
bahas, makanya itu rajin-rajinlah ke perpustakaan buat hunting atau baca-baca berita di internet, siapa tau dapat topik
yang keren untuk diangkat menjadi skripsi.
Satu lagi, pastikan referensi
yang tersedia mudah didapat. Jangan sampai kamu udah menemukan judul yang oke
tapi referensi yang tersedia masih kurang. Oleh karena itu, penting banget kamu
mengobok-obok isi perpustakaan terdekat untuk memastikannya. Jangan malas ke
perpus ya!
3. Proposal/draft skripsi
Buatlah proposal/draft skripsi
sesuai dengan pedoman penulisan yang ada di kampus. Kebanyakan mahasiswa
menginginkan proposal mereka terlihat sempurna saat seminar, sehingga yang
terjadi justru proposal itu bakal tinggal di tumpukan file dalam komputer sampe lumutan dan bakal dikerjain lagi saat
teman-teman mereka satu per satu udah diwisuda, tinggal dia doang yang belum
kelar-kelar sampe penerimaan mahasiswa baru yang kelima kalinya di kampus.
Intinya, buat aja semaksimal
mungkin. Kalo saat seminar kamu dibantai, hal itu wajar, toh itu demi kebaikan
kita untuk membuat sesuatu yang lebih keren lagi, iya nggak?
Oya, kamu harus melampirkan
referensi sebanyak 17 (tujuh belas) buku agar proposal kamu bisa diseminarkan----kalo
misalnya kamu belum mampu menemukan referensi sebanyak 25 (dua puluh lima) buku
(banyak yang nanya soalnya, jadi dicantumin).
4. Being A Paparazzi (?)
Pembimbing
itu sifatnya sangat beraneka ragam. Wajarlah, mereka kan juga manusia, bukan
malaikat (pengen share disini, tapi nantilah. Saya masih melakukan penelitian
yang mendalam terkait hal ini). Disini, kamu dituntut
untuk menjadi seorang paparazzi yang
unggul. Tapi bukan berarti, kamu sampe menguntit mereka dimana-mana (bahkan di
WC sekalipun). Salah-salah, kamu kena jurus seribu bayangan alias gamparization.
Saat kamu sudah tahu bahwa si dosen
A yang menjadi pembimbing kamu, maka langkah pertama yang harus kamu lakukan
adalah MENYELIDIKI. Penyelidikan kamu seputar tampangnya yang kayak gimana, di
kelas mana biasanya beliau masuk, nomor telepon atau HP beliau, rumahnya
dimana, tipe kendaraan dan nomor polisinya berapa, dan lain-lain. Kamu bisa
nanya lewat teman, tetangga jurusan atau fakultas, atau dengan yang lain yang
kamu anggap memiliki pengetahuan seputar dunia perdosenan.
Kenapa? Biar saat konsultasi soal
skripsi kamu tidak menemui hambatan dan rintangan berarti.
Saat masa-masa
konsul skripsi, hal ini juga yang saya lakukan. Saat saya mau minta tanda
tangan dan sebagainya, saya cukup memperhatikan MOBIL DOSEN di tempat biasa
beliau mangkal----karena dosen pembimbing saya nggak cuma mengajar di beberapa
fakultas, beliau juga punya kesibukan lain di rektorat dan pascasarjana. Jadi,
hal ini cukup memudahkan saya. Saya jarang menelepon mereka, kecuali bila
keadaannya sangat mendesak.
Saya pernah dengar cerita dari
seorang teman tentang seorang dosen yang tidak membukakan pintu pagar rumah
saat dia ingin konsul skripsi. Setelah diteliti, ternyata si dosen memang tidak
senang kalo ada mahasiswa yang datang ke rumahnya, beliau lebih senang untuk
meladeni di kampus.
Perlu bukti lagi?
Teman saya sering nyeritain
hal-hal yang berbau ‘horor’ soal pembimbing saya----kebetulan beliau jadi dosen
pembimbing untuk teman saya itu. Saya sendiri cukup heran juga, soalnya saat
beliau membimbing saya agak beda dengan yang teman ceritain. Setelah saya
kroscek, ternyata teman saya ini sering membuat beliau ‘menunggu tak jelas’.
Kadang-kadang, mereka udah janjian untuk konsul, tapi temen saya sering datang
sejam setelah waktu perjanjian. Siapa yang nggak ngamuk coba kalo di-PHP
begitu?
5. Pengesahan draft skripsi
Saat draft kamu udah memenuhi
syarat untuk menuju langkah selanjutnya----yakni pembuatan skripsi, kamu bisa
mengajukan pengesahan draft yang ditandatangani oleh kamu, pembimbing satu dan
dua, ketua jurusan, dan dekan fakultas. Formatnya bisa kamu minta di senior
yang kamu anggap baik hati lagi rajin menabung.
Jangan pernah nyodorin pengesahan
draft skripsi saat kamu baru sekali konsul sama pembimbing. Idealnya, saat kamu
udah empat atau lima kali konsul, kamu bisa mengajukan berkas tersebut. Ini pun
bila dosen kamu sendiri yang minta. Jadi, sediain aja dan keluarkan saat dosen
kamu udah minta.
6. Skripsi
Lama ngerjain skripsi sebetulnya
bergantung dari metode yang kamu ambil. Untuk metode yang bersifat library research (penelitian
kepustakaan) lamanya sekitar sebulan atau lebih. Sedangkan metode field
research (penelitian lapangan/observasi) sekitar dua bulan setengah atau
lebih. Bukan berarti kamu mesti di depan laptop atau komputer tanpa makan,
minum, dan senang-senang sama; teman, gebetan, pacar, atau selingkuhan (nah
lho?).
Kalo kamu udah ngetik selama dua
jam, ambil istirahat selama sejam. Renggangkan kembali otot-otot kamu yang
lelah, terutama mata. Bila dua bab telah kamu selesaikan, ambil jeda selama
sehari untuk refreshing ke
tempat-tempat yang kamu sukai----sekalian nyari referensi lagi untuk tulisan
selanjutnya. Jadi, kamu nggak pernah terserang sindrom stres dan akhirnya
berakhir di rumah sakit jiwa pada saat umur kamu mencapai dua puluh tahun.
Serius!
Saya pribadi juga kayak gitu. Di
masa-masa ngerjain skripsi, saya juga nggak pernah kehilangan waktu buat
keluarga dan teman. Saat saya jenuh dan pusing memikirkan bahan selanjutnya,
saya mensave, mematikan laptop, dan
mengajak teman-teman untuk ke karaoke box
(tapi bayar sendiri-sendiri) atau jalan-jalan sendirian di mall (sekalian
singgah ke Gramedia berburu komik Conan). Saat ide tersebut muncul, saya catat
di sebuah buku kecil, kemudian pulang. Jangan dibawa susah kalo sebenarnya
solusi buat masalah tersebut gampang.
7. Persetujuan pembimbing
Setelah dosen pembimbing kamu
merasa bahwa skripsi kamu sudah memenuhi syarat, maka langkah selanjutnya
adalah meminta persetujuan yang ditanda tangani oleh pembimbing satu dan dua.
Formatnya bisa kamu lihat di senior atau di buku pedoman penulisan di kampus
kamu. Jangan lupa, bawalah skripsi kamu sebagai bukti bahwa skripsi kamu sudah
layak untuk ‘dibantai’ di ujian meja.
Ingat, jangan
pernah memaksa dosen untuk menandatangani berkas kamu. Kadang, saking
kepepetnya, kamu baru meminta persetujuan beliau di detik-detik terakhir
pengumpulan berkas. Akibatnya pasti sudah jelas, kalo bukan kena gampar ya
diusir.
8. Ujian meja
Idealnya, SK Penguji sudah kamu
setor ke dosen penguji beserta skripsi dan persetujuan pembimbing tiga hari
sebelum ujian meja berlangsung. Sering-seringlah mengecek berkas kamu di bagian
tata usaha; apa sudah ditandatangani oleh dekan fakultas.
Kadang-kadang----saking sibuknya----mereka sering lupa membawa berkas kamu
untuk ditanda tangani oleh dekan.
Datanglah sejam sebelum ujian
meja berlangsung. Saat kamu sudah tiba, ingatkan lagi dosen pembimbing dan
penguji melalui SMS bahwa hari ini kamu ujian. Gunakan bahasa santun dan sopan.
Bawalah beberapa buku referensi yang kamu anggap berhubungan dengan skripsi. Sekedar
info, biasanya penguji sangat ingin menjatuhkan mental kamu dengan cara
mencari-cari kesalahan (baca: kelemahan). Jadi, sebagai mahasiswa teladan,
seharusnya kamu sudah siap siaga menghadapi serangan beliau-beliau ini.
So, are you ready to be great “sarjana”?