Saat sedang stalking di FB seseorang, saya menemukan sebuah kiriman dari seseorang. Isinya tuh kayak gini:
Saya langsung jederrrr!!!! Wow..di zaman yang semakin edan ini, masih ada ya yang peduli dengan adiknya. Sampai ngebela-belain beli segala sesuatunya demi adiknya itu. It's a sweet moment, you know.. :))
Seketika, saya langsung tersentak. Saya pun mencoba mengingat kembali, kapan ya terakhir kali ngobrol sama abang saya (satu-satunya, cowok pula)? Iya dear, NGOBROL. Dari hal-hal yang paling kecil aja, kita udah jarang melakukannya lagi. Pernah sih sekali----waktu saya SD----dia ngebantu nulis (atau lebih tepatnya, dituliskan :P) PR Agama Islam saya, QS. Al-Zalzalah: 1-7.
Ya, kesibukan menjadi alasan penyebab kita jarang ngobrol (semoga aja). Semenjak dia kuliah hingga----sekarang----bekerja, bukan cuma jarang ngobrol, dia jaraaaaaaaaaaaaaaaaaaang banget pulang ke rumah. Untung banget kalo kita----orang-orang di rumah, termasuk saya----liat mukanya sebulan sekali. Bahkan, pernah saya lupa bentuk muka abang saya, dan dunia pun tiba-tiba berubah menjadi sarang mutant (oke, kayaknya terlalu di-dramatisir).
Ada kalanya, saya butuh teman curhat seputar urusan orang dewasa: masalah kuliah; skripsi; dosen; orang tua; cowok; apapun itu. Tapi, ketika ingin disampaikan----saat dia ada di rumah----rasanya kok seperti ada tembok besar yang menghalangi ya? Atau cuma halusinasi saya saja?
Maaf jika tulisan ini sangat menyinggung. Setidaknya, para kakak (cowok) disana sadar, biar bagaimana pun, orang-orang di rumah membutuhkan mereka, tanpa mereka sadari.
Semoga. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar