Happy Cat Kaoani

Jumat, 20 November 2015

Guruku Panutanku

Foto Pak Muhammad Arham (sumber: Facebook)
Bagi saya, masa SMP merupakan masa terbaik dalam hidup. Saya bersekolah di salah satu madrasah tsanawiyah terbaik di kota Makassar. Dari sanalah, saya belajar untuk menjadi lebih bertanggung jawab sejak dini. Banyak pengalaman yang berkesan, tapi yang ingin saya bagi di sini adalah cerita tentang guru bahasa Arab saya semasa menempuh pendidikan di sekolah tersebut.


***
Sederhana dan sangat dekat dengan anak-anak; itulah kesan pertama saya dengan guru bahasa Arab sekaligus pembina OSIS---sekaligus pembina organisasi ekstrakurikuler sekolah 'Tapak Suci'---waktu itu, Pak Drs. Muhammad Arham. Penampilan beliau (hingga sekarang) tidak pernah berubah: tetap dengan kumis, kacamata, dan rambut cepak ala tentara. Saat beliau ke sekolah, beliau mengendarai motor. Ketika ditanya mengapa lebih memilih motor, padahal jika mau beliau bisa saja membeli mobil, beliau hanya tersenyum dan menjawab pendek, "Kalo pake mobil, kita agak susah buat nyalip saat macet. Motor kan lebih enak (dikendarai)."

Saya masih ingat, di hari pertama beliau mengajar di kelas kami (beliau waktu itu mengajar khusus untuk seluruh anak-anak kelas II), kami semua terkagum-kagum. Beliau sama sekali tidak membawa buku panduan! Hanya absen dan spidol yang terletak di atas meja. Beliau mengawali kelas dengan menyebutkan aturan bahwa buku tulis kami harus disampul berwarna hijau tua. Setelah itu, beliau menulis papan tulis dengan tulisan 'bismillaahirrahmaanirrahiim' selama tiga detik. Beliau menantang kami untuk melakukan hal serupa, dan tidak ada yang sanggup. Beliau bilang, suatu saat kami akan bisa jika terus mencoba. Jangan pernah menyerah, motto pertama yang beliau agungkan dalam kelas di hari pertama itu masih terus saya ingat hingga hari ini.

Cara mengajar beliau pun sangat mudah dipahami. Beliau akan memberikan kami sebuah contoh, kemudian bertanya apakah kami sudah paham dengan membuat sebuah pertanyaan. Jika masih salah, beliau akan mengulangi penjelasannya dengan sangat perlahan. Setelah yakin kami mengerti, beliau menyuruh kami mengerjakan tugas yang ada di buku paket. Metode lain yang beliau gunakan untuk menguji kami adalah Imla'. Jadi beliau akan menyebutkan sebuah kalimat dalam bahasa Arab, kemudian kami disuruh menuliskannya dalam buku tulis. Ini juga salah satu pelajaran favorit saya. Kadang nilai saya sempurna dalam pelajaran ini.

Sekali waktu, beliau menjanjikan kami untuk menonton film 'Sindibad' di lab bahasa. Tentu saja kami senang bukan main. Maklumlah, belum ada Youtube dan kami (atau saya sendiri?) jarang ke bioskop. Di belakang hari, barulah saya tahu bahwa ini salah satu metode belajar beliau untuk mengusir kebosanan kami---yang setiap hari hanya berkutat dengan buku tulis, pulpen dan berada dalam ruang kelas.

Yang menarik adalah saya belum pernah melihat beliau memarahi, apalagi memukul anak muridnya. Kesabaran beliau memang luar biasa. Mungkin ini salah satu alasan kenapa beliau sangat dekat dengan anak didiknya.


Hobi beliau yang lainnya adalah merekam. Dalam setiap kegiatan sekolah, beliau selalu membawa handycam (yang saya lupa mereknya apa) dan merekam setiap kegiatan sekolah. Masa Orientasi Siswa, PORSENI (Pekan Olahraga dan Seni), LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan), dan lainnya semua beliau rekam. Kadang, saat ada siswa yang meminta dokumentasi kegiatan tersebut, beliau akan meminta uang sebesar sepuluh ribu rupiah untuk biaya produksi. Semuanya. Tidak ada satu rupiah pun yang beliau ambil untuk kepentingan pribadinya.

 ***
Kenangan lainnya yang berkesan adalah saat saya kelas II di semester akhir. Pagi itu, selesai upacara bendera di hari Senin, beberapa nama dipanggil---termasuk nama saya---untuk menghadap ke kantor. Waktu itu, saya sudah menduga bahwa ini terkait dengan pelanggaran sekolah yang saya lakukan. Setelah mengumpulkan kami, beliau dan Pak Hafiluddin---wakamad (wakil kepala madrasah) kami---akhirnya menceramahi kami. Setelah itu beliau (sebagai pembina OSIS) kemudian memberi kami secarik kertas yang berisi nama dan sanksi yang kami terima. Hukumannya beragam (mulai membersihkan seluruh toilet sekolah, membersihkan halaman sekolah, dan membersihkan kaca jendela perpustakaan), tapi yang paling pokok adalah kami disuruh menuliskan QS. an-Nuur/24: 30-31 sebanyak 100 kali serta surat panggilan untuk orang tua masing-masing. Reaksi orang tua saya? Marah dan malu, pastinya. Tapi mau bagaimana lagi? Dan karena ini orang tua memotong uang jajan saya selama tiga bulan :'(.

Selama tiga bulan, saya mengerjakan 'tugas' menulis ayat tersebut. Kesannya memang mustahil, tapi saya terus berusaha semaksimal mungkin. Dan kegigihan saya itu membuat saya sadar, tulisan Arab saya semakin bagus menjelang akhir! Awalnya saya tidak begitu memperhatikan, tapi saat melihat lagi tulisan Arab tersebut, saya jadi tertawa geli. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?? Sayang sekali saya tidak mendokumentasikan tulisan tersebut (maklum belum punya handphone, apalagi yang pake kamera). Tapi yang paling saya cemaskan, bagaimana dengan reaksi beliau sendiri? Apakah akan percaya jika ini bukan tulisan orang lain?


Keesokan harinya, saat penyerahan tugas, beliau mengecek kertas tersebut satu per satu. Beliau menatap saya, kemudian menatap kertas itu lagi. Pasti beliau heran dengan tulisan ini. Beliau berkali-kali bertanya, apa saya menyuruh orang lain untuk menuliskan sisanya. Saya pun berkali-kali meyakinkan beliau bahwa semua itu tulisan saya sendiri.


"Kenapa tulisannya bisa berubah begini?" tanya beliau heran.

"Nah, itu dia pak. Saya juga nggak tau. Tapi kalo Bapak mau membuktikan saya bersedia," ujar saya mantap.

Beliau menatap saya, kemudian tersenyum simpul. "Ya sudah kalo begitu," ujarnya singkat.

 ***
Saat saya kelas III SMP, beliau tidak menjabat lagi sebagai pembina OSIS. Kami (teman-teman pengurus di) waktu itu kaget, karena kami merasa beliau terlalu sempurna untuk digantikan oleh siapapun. Kami ramai-ramai mendatangi beliau untuk menanyakan keputusan itu, tapi beliau hanya menjawab singkat, "Jabatan itu ada batasnya. Kita tidak boleh ambisius. Saya sudah lama menjabat, tidak ada salahnya untuk diganti. Dengan begitu memberi kesempatan pada yang lain, siapa tahu mereka lebih baik dari saya."

Luar biasa! Beliau sama sekali tidak keberatan. Dan yang paling penting beliau mengajarkan kami satu hal, bahwa jangan pernah mengejar jabatan. Jabatan hanya amanah, dan suatu saat bisa berakhir. Yang bisa kita lakukan hanya berusaha semaksimal mungkin ketika amanah datang menghampiri.

Sedih rasanya, tapi itu kenyataan yang harus kami hadapi....

***
Hingga saat ini saya masih berhubungan lewat Facebook dengan beliau (karena saya sekarang berada di luar kota Makassar). Saat bernostalgia, beliau sering meledek saya tentang sanksi yang saya terima. Saya pun hanya tertawa singkat mengingat kekonyolan itu. Tetap saja, hingga saat ini beliau tidak pernah berubah: masih senang mengabadikan momen-momen penting sekolah, dan penampilannya yang masih seperti itu saja.

Terima kasih, Pak Arham. :)


Tulisan dibuat untuk Lomba Menulis "Guruku Pahlawanku" http://lagaligo.org/lomba-menulis

Selasa, 10 November 2015

SPECTRE: Petualangan Terakhir (?) Mencari Cinta Sejati

Poster Film Spectre
Setelah menunggu sekian lama, akhirnya kemarin siang saya menonton bagian keempat dari film James Bond yang dibintangi oleh Daniel Craig. Syukurnya, saya datang tepat waktu. Sebab, saya tiba di bioskop 10 menit sebelum filmnya dimulai. Untungnya antrian di loket tidak terlalu lama. Sengaja saya memilih nonton di siang hari, maklumlah kemana-mana saya menggunakan angkot. Terlalu berbahaya bagi seorang perempuan untuk keluar di malam hari (padahal sih karena jomblo :D).

Penonton hari itu agak sepi. Mungkin karena siang hari dan jam kerja, jadinya nggak banyak yang nonton. Lain ceritanya waktu Mission: Impossible - Rogue Nation tayang. Penontonnya lumayan ramai. Selain karena hari libur, sekuel film ini juga sangat dinanti-nantikan oleh pecinta setia sang Ethan Hunt karena 'Mission Impossible - Ghost Protocol' sendiri tayang empat tahun lalu. Jadi jeda waktunya memang lumayan lama.


***
Di awal adegan Spectre, penonton dibawa ke kota Mexico dimana pada hari itu bertepatan dengan Festival El Dia de Los Muertos (Festival Kematian). Ternyata dari kota inilah James Bond (Daniel Craig) kemudian diarahkan ke petunjuk mengenai organisasi kejahatan misterius yang sebelumnya diselidiki oleh M (Judi Dench).

Secara umum film ini "lumayan" menghibur penonton. Adegan kejar-kejaran mobil, tembak-tembakan, pembunuhan, ledakan gedung, dan sebagainya disajikan dengan luar biasa. Yang menarik dalam film ini adalah munculnya 'Bond woman'. Monica Bellucci yang berperan sebagai Lucia Sciarra---istri seorang mafia bernama Marco Sciarra (Alessandro Cremona) yang dibunuh oleh Bond---berusia 51 tahun saat memerankan tokoh ini. Selain beliau, Lea Seydoux yang berperan sebagai Dr. Madeleine Swann---anak dari Mr. White (Jesper Christensen)---yang juga menjadi 'Bond woman' dalam film ini. Diceritakan bahwa sebelum bunuh diri, Mr. White meminta tolong kepada Bond untuk melindungi anak perempuannya dari orang-orang 'Spectre'. Selain wanita, yang menjadi perhatian penonton tentu saja adalah mobil yang digunakan Bond dan musuhnya saat kejar-kejaran di salah satu adegan.

Satu hal yang menarik dari film-film Bond (dan juga pertanyaan pribadi saya selama ini) adalah setelan sang tokoh yang selalu parlente. Bond selalu digambarkan sebagai agen yang bergaya parlente. Dalam salah satu adegan di dalam kereta api, Bond meminta tolong kepada petugas room service untuk menyetrika setelan jasnya. Dari adegan ini dapat diambil kesimpulan bahwa biarpun Bond selalu dalam adegan 'yang penuh debu dan hal lainnya' dia masih tetap senang untuk berpakaian layaknya seorang pengusaha sukses. Rasanya pasti gerah ya kalo berlarian kesana-kemari dengan setelan lengkap begitu. :D

Sayangnya, menurut saya pribadi akhir film ini kurang jreng jreng jreng. Mungkin karena sang sutradara yang ingin lebih menonjolkan sisi humanis dari seorang James Bond setelah tiga sekuelnya lebih menonjolkan seorang playboy namun kharismatik. Selain itu, adegan yang 'lompat-lompat' antara kota satu dan lainnya akan membuat penonton bingung.

Meski begitu, gelar 'film yang layak untuk dinonton bulan ini' memang pantas disematkan untuk Spectre. Meski belum bisa dipastikan, namun film ini akan menjadi akhir bagi Mr. Craig menjadi James Bond. Selain adegan, yang perlu diperhatikan adalah soundtrack untuk film, dan penyanyi Sam Smith dipilih untuk membawakan lagu ini cukup membuat kamu seakan-akan terhanyut dengan kepedihan yang dirasakan sang tokoh.

Terakhir, teman-teman yang sudah menunggu cukup lama sekuel ini pasti akan menontonnya di bioskop. Tidak ada salahnya untuk mengajak teman dan keluarga kamu sambil menikmati akhir hari setelah bekerja seharian. :)


BPN111115-12.06PM

Festival El Dia de Los Muertos

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/fanargiant/4-festival-menarik-yang-ada-di-meksiko_552c031a6ea834b9158b45e8