Happy Cat Kaoani

Jumat, 22 April 2011

FILSAFAT ABAD RENAISSANCE

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Zaman Renaissance merupakan suatu zaman di antara sekian zaman yang telah menyejarah dalam hidup manusia zaman ini. Bagi para pemikir dan ilmuwan, zaman ini ternyata menjadi suatu era baru sekaligus sebagai suatu sumbangsih yang besar terhadap eksistensi manusia sebagai makhluk rasional. Terlepas dari zaman ini, baiklah kalau kita melihat kebelakang sebelum zaman renaissance ini. Tepatnya pada abad pertengahan yaitu abad 14-16 M. Semua kebenaran di dominasi oleh iman Kristen. Pada abad ini, orang hidup dalam suatu kebudayaan di mana agama menjadi esensial dalam hidup. Penelitian dan eksperimen yang dilakukan dengan menggunakan kemampuan rasio, tidak juga mendapat tempatnya. Hal ini pun merembas pada bidang filsafat. Dalam filsafatnya Plato dan Aristoteles orang kristen menggunakannya untuk menjelaskan kebenaran iman Kristen. Misalnya diinspirasikan oleh dualisme Plato, St. Sgustinus menjelaskan bahwa jiwa manusia adalah substansi abadi yang menggunakan tubuh. Jiwa bersifat kekal dan tubuh dapat hancur. Tubuh hancur dan jiwa kembali kepada Allah. Sementara menurut Thomas Aquinas yang memandang filsafat Aristoteles tentang “penggerak pertama dan penyebab terakhir yang tak dapat digerakkan” disebut oleh Thomas begitu saja sebagai jalan untuk membuktikan eksistensi Tuhan.
Dengan adanya kewenangan yang terlampau kuat dari pihak Gereja terhadap pelbagai kebenaran yang muncul dari pelbagai disiplin ilmu pada abad itu, kini muncul pertanyaan bagi kita: apakah tidak ada otoritas yang melebihi otoritas Gereja pada saat itu? Dan bagai mana usaha mengatasi kewibawaan Gereja yang didasarkan pada kebenaran iman dan wayu? Siapa saja yang mempunyai andil yang besar dalam gerekan pembaharuan ini?


BAB II

ABAD RENAISSANCE

Pada bagian ini kita akan mencoba memahami apa sebenarnya renaissaance itu. Lewat literatur yang ada penulis akan berusaha untuk menghantar kita pada suatu pemahaman yang kurang lebih mendekati kebenaran berdasarkan sumber-sumber yang ada.
II.1. Pengertian Renaissance
Kata renaissance ini berasal dari kata bahasa Prancis yang artinya adalah “Kelahiran kembali atau kebangkitan kembali”. Kata Renaissance ini juga diturunkan dalam bahasa inggris yaitu Re yang artinya “Lagi, Kembali” dan Naisance yang artinya “Kelahiran”. Arti ini tidak beda jauh dari bahasa Prancis tadi.
Sementara dalam bahasa latin ada kata yang juga menunjuk pada kata pengertian seperti kata Prancis yaitu “Nascientia” yang berarti kelahiran, lahir atau dilahirkan (Nasiar, Natus).
Jadi arti dari semua istilah dari berbagai bahasa tadi menunjuk pada suatu gerekan yang meliputi suatu zaman dimana orang merasa dilahirkan kembali dalam keadaban.Gerakan ini juga menunjuk pada zaman dimana ditekankan otonomi dan kedaulatan manusia dalam berpikir, berkreasi serta mengembangkan seni dan sastra dan ilmu pengetahuan.
II.2. Kedudukan Renaissance dalam sejarah
Gerakan ini diterapkan pada periode waktu di Eropa Barat yang merentang dari abad 14 hingga 16. Istilah ini akhirnya muncul kembali setelah Michael 1885 dan Burckhardt pada 1860 menggunakan istilah ini dalam judul karya-karya sejarah tentang Prancis dan Italia. Periode tadi dipandang sebagai kelahiran kembali semangat Yunani dan kebangkitan kembali belajar ilmiah. Periode peradaban ini terletak diujung atau sesudah abad kegelapan sampai munculnya abad moderen. Dengan adanya kelahiran kembali semangat untuk menghidupi kembali apa yang pernah ada. Orang mulai “come back to basic” untuk mengangkat sekaligus menghargai kemampuan manusia sebagai makhluk rasional. Come back to basic itu adalah “suatu zaman dimana peradaban begitu bebas, pemikiran tidak dikungkung, sain maju yaitu zaman Yunani kuno.
II.3. Corak Khas Dari Renaissance dan Sumbanganya Terhadap Berbagai Displin Ilmu
Dalam bagian terakhir dari paper ini penulis akan berusaha memaparkan ciri-ciri renaissance dimana akan dijelaskan tentang penghargaan bagi manusia sebagai makhluk yang otonom. Manusia sebagai makhluk otonom yang dimaksudkan oleh penulis adalah manusia yang tidak dibatasi kebebasannya untuk melakukan sesuatu. Manusia sebagai makhluk otonom berarti manusia sama sekali tidak menggantungkan diri pada kebenaran iman/wahyu seperti yang terjadi pada abad pertengahan melainkan berusaha dengan kekhasanya sebagai makhluk rasional untuk menemukan pelbagai kebenaran. Pada taraf inilah justru manusia tampil beda dengan mengguanakan daya kerja otaknya untuk mencari kebenaran yang bersifat ilmia dari berbagai disiplin ilmu.
Oleh karena pada bagian ini kita akan melihat corak khas dari Renaissance maka baiklah jika kita melihat juga oran-orang yang berpengaruh dalam zaman ini. Adapun yang akan menjadi focus pembahasan adalah orang-orang yang lewat kemampuan intelektualnya dapat menghadirkan pelbagai hal yang baru dalam bidangnya masing-masing.
1. Bersifat individualistis
Zaman ini kita boleh katakan bahwa orang menemukan dua hal yaitu dunia dan dirinya sendiri. Orang mulai menemukan bahwa pengenalan akan dirinya sendiri merupakan suatu nilai dan sekaligus menjadi kekuatan bagi pribadinya. Penemuan akan kemampuan yang ada pada diri sendiri jusrtu membuka peluang bagi kelanjutan kreatifitas yaang mau dilakukan oleh manusia. Dalam suasana seperti ini muncullah suatu kesadaran akan kemampuan yang didasarkan pada rasio mansuia sendiri. Tak secara langsung orang mulai masuk pada sikap individualitas. Namun perlu diingat bahwa sikap ini sama sekali tidak punya arti yang sangat sempit. Dalam bidang filsafat misalnya, para pemikir berpendapat bahwa kretifitas yang ditunjuk lewat penemuan-penemuan tiada sedikitpun terikat pada wibawa apapun atau pada suatu keyakinan bersama. Kebenaran hendaknya harus dicapai pada kekuatan sendiri. Orang ingin menentukan sendiri apa yang harus diselidiki. Dengan jelas kita boleh katakan bahwa zaman ini cenderung pada sikap yang individual.
Lewat zaman inipun kita boleh temukan sejarah yang menampilkan banyak teori yang dipaparkan oleh orang-orang tertentu. Titik tolak dari individualitas ini didasarkan pada kebebasan mutlak bagi pemikiran dan penelitian, bebas dari pada tiap wibawa dan tradisi tertentu. Pengetahuan yang pasti bukan didapatkan dari pewarisan melainkan dari apa yang diperoleh manusia sendiri lewat kekuatan sendiri.
Untuk memahami lebih lanjut sifat individualistas dari zaman ini alangkah baiknya kita melihat siapa-siapa yang lewat kemampuanya berusaha menemukan, meneliti, dan memunculkan hal-hal baru.
a. Dalam bidang Sains
ü Bidang Astronomi
• Nikolaus Kopernikus (1473-1543)
Dia menemukan bahwa matahari beredar di pusat jagat raya . Dan bumi mempunyai dua gerak yaitu perputaran sehari-hari pada porosnya dan perputaran tahunan mengitari matahari. Teori kopernikus ini belum diterbitkan pada zamanya itu karena takut ia akan dikucilkan dari gereja. Memang pada zaman itu pandanganya belum modern.
• Yohanes Kepler (1571-1630)
Ia menerima teori bahwa jagat raya berpusat pada matahari.
• Galileo Galilei (1564-1642)
Dialah yang mula-mula menemukan pentingnya akselerasi dalam dinamika. Yang dimaksudkan dengan Akselerasi adalah perubahan kecepatan baik dalam besarnya maupun dalam geraknya . Dia juga yang mul-mula menetapkan hukum benda yang jatuh. Selain itu juga ia menerima pandangan yag mengajarkkan bahwa matahari menjadi pusat jagat raya seperti yang dikemukakan oleh koprnikus. Ia juga membuat teleskop setelah berkenalan dengan teleskop buatan Hans Liper dari Nederland.
ü Dalam bidang ilmu negara
• Nicola Machiavelli (1469-1527)
Cita-cita Machiavelli adalah memulihkan kebudayaan Romawi Kuno dahulu. Dalam buku yang berjudul Il Principe cara-cara untuk mempertahankan negara. Menurutnya kekuasaan dan kewibawaan penting untuk dipertahankan oleh seseorang demi menjaga ketertiban masyarakat atau negara. Dia menngatakan bahwa pemimpin yang di takuti lebih baik dari pemimpin yang dicintai belaka karena ketakutan bisa mencegah timbulnya kecenderungan untuk melawan kekuasaan.
Dalam penegasan ini kita boleh menemukan asas yang disampaikan “Tujuan menghalalkan cara”. Dalam kondisi bagaimanapun pemimpin dibenarakan menempuh berbagai cara asal ditujukan demi ketertiban umum dan keselamatan negara. Pemimpin negraa tidak boleh menghiraukan masalah agama dan moral. Ia harus memanfaatkan situasi untuk kepentingan negara. Aspek negatif dari teorinya ini adalah rakyat yang dianggap bodoh dipergunkan untuk kemajuan negara.
• Thomas Hobbes (1588-1679)
Pada tahun1651 ia menerbitkan bukunya “Leviatan”. Ungkapannya yang terkenal adalah “Homo homini lupus”. Arti dari ungkapan ini berarti manusia senantiasa terancam keselamatannya oleh sesamanya. Oleh karena itu manusia memerlukan adanya lindungan bagi keselamatan warganya. Pusat lindungan itu adalah negara, maka negara harus mempunyai kekuasaan mutlak.
Demikian beberapa hal yang telah saya paparkan sesuai dengan ciri individual dari zaman Renaissance ini. Memang masih banyak teori dan orang-orang yang berjsa pada zaman ini. Namun penulis hanya memaparkan beberapa bidang ilmu yang pengaruhnya cukup bermanfaat bagi pemikiran moderen dalam perjalanan sejarah manusia.
2. Sifat humanisme
Dalam masa renaissance dicanangkannya humanisme sebagai nilai yang diunggulkan dalam usaha memahami permasalahan manusia dan kemanusiaan. Orang tidak lagi menghayati hidup dan pikirannya dengan memusatkan perhatian pada yang ilahi dalam hal ini yang bersifat Teosentris tetapi berusaha menampilkan diri sebagai manusia yang keratif. Paham Teosentris mulai bergeser menuju paham antroposentris. Sebuah paradigma yang menitik tolakan pemikiran, pengembangan ilmu dan perdaban pada manusia sebagai pusatnya. Di Italia pada abad 14 kata humanis sudah lazim dipakai. Para sarjana pemikir renaissance mempopulerkan istilah ini sampai pada abad 16. Paham humnisme ini tidak berhenti pada zaman ini. Paham ini berjalan terus sehingga memberikan sumbangan yang beser terhadap dunia. Dimana nilai kemartabatan mansuia dipandang begitu berharga. Hak ini bisa kita lihat dan nikmati sendiri pada zaman kita ini yaitu diresmikannya piagam hak-hak asasi manusia yang berlaku untuk seluruh dunia pada tahun 1948.
Dalam buku”A History Western Philosophy” dikatakan bahwa:
The first phase of the renaissance at cultural movement was humanism. Humanism in this restulcted sense is the process of turning to the clasical civilization of ancient. Greece kind romo for the exemplar and the instruments for fullflling the aim at the renaissanse, that this the realization of a new concept and image pf man in a new order of works and forms of live.
Maksud gerakan kelahiran kembali ini adalah merealisasikan apa yang pernah hidup pada zaman Yunani Kuno yaitu titik tolak segal sesuatu bersumber pada manusia. Manusialah yang menjadi pusat dari segala sesuatu bukan raja atau Allah. Konsekuensi positif yang boleh didapat adalah adanya suatu bentuk hidup yang baru dibandingkan dengan apa yang terjadi pada abad pertengahan.
Adapun strategi awal dari renaissance untuk mengembalikan segala dimensi kehidupan kepada mansuia. Kurang lebih ada dua peristiwa yaitu: “The first of the these may be called the philogical. The second may be called the interpretative and expressive and in the case of at philosophy, speculative.”
Kedua peristiwa itu bertujuan memberikan suatu pegangan dasar yaitu bahasa, pernyataan perasaan dan interpretasi terhadap segala bentuk penemuan ilmu pengetahuan dan seni yang ada pada waktu itu. Lewat bahasa orang zaman itu dapat mengetahui secara benar kebudayaan yunani kuno sekaligus menafsirkan pelbagai bentuk disiplin ilmu yang sejak awal telah dirintis oleh orang-orang Yunani Kuno. Semua usaha tidak terlepas dari usaha untuk menampilakan manusia sebagai sosok yang memiliki pelbagai kemampuan berdasarkan apa yang dimilikinya sebagai makhluk yang berakal budi.
II.4. Renaissance sebagai Lahan Subur bagi Modernisme
Meskipun terdapat perubahan-perubahan yang begitu asasi, namun abad-abad renaissance (abad 15 dan 16) tidaklah secara langsung menjadi tanah subur bagi pertumbuhan pemikiran modern. Pada abad 17 daya hidup yang kuat yang telah timbul pada zaman renaissance itu mendapatkan pengungkapannya yang serasi di bidang filsafat. Jadi kejadian-kejadian pada abad 15 dan 16 hanya menjadi persiapan bagi pembentukan filsafat abad 17. Tokoh yang berpengaruh dalam babakan baru pada awal abad 17 ini adalah Rene Descartes. Ia dijuluki sebagai Bapak Filsuf Modern dengan ungkapannya yang terkenal adalah “Cogito Ergo Sum”. Penegasan yang mendasar dari Rene Descartes ini adalah penghargaan terhadap manusia. Menururtnya segala hal boleh kita ragukan namun yang tak perlu diragukan adalah saya yang berpikir tentang segala sesuatu yang berada diluar saya.
Lewat penegasan ini Rene Descartes kembali mengangkat pososi manusia sebagai makhluk rasional yang dapat kreatif boleh menemukan banyak penemuan baik dalam ilmu pengetahuan maupun dalam bidang filsafat. Singkatnya kita boleh katakan bahwa awal pemikiran moderen ini ditandai dengan penghargaan terhadap posisi manusia sebagai makhluk rasional.
Dengan demikian kita boleh katakan renaissance menjadi lahan subur bagi pertumbuhan pemikiran modern.

Kode Smiley Untuk Komentar


:a   :b   :c   :d   :e   :f   :g   :h   :i   :j   :k   :l   :m   :n   :o   :p   :q   :r   :s   :t  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar