Saudara tiri dari pemain penyerang Manchester City, Carlos Tevez, yaitu Juan Alberto Martinez dan Carlos Veron (ipar), diberitakan Daily Mirror, dijatuhi sanksi penjara 16 tahun atas perampokan bersenjata terhadap sebuah mobil van. Dalam keterangan kepada polisi, Martinez menyebut bahwa Tevez memiliki kaitan dengan aksi mereka.
Menurut media tersebut, Martinez dan Veron mencegat sebuah van dan mengancam pengawal dengan senjata otomatis di Cordoba, Argentina. Namun, mereka pulang dengan tangan hampa karena tak bisa membuka van tersebut.
Keduanya mengatakan kepada polisi bahwa Tevez menghubungi mereka melalui telepon terkait penyerbuan tersebut. Selain itu, ia juga mengaku bersembunyi di rumah Tevez setelah melakukan perampokan, Juni 2008.Belum ada pernyataan resmi, baik dari polisi Argentina, Tevez, Manchester City, maupun keluarga Tevez yang lain.
sumber: KOMPAS.com Selasa, 14 Sept 2010
- Home
- Categories
- Artikel
- Curahan Hati
- Masa2 Skul
- Curahan Hati Bebek
- Curahan Hati Bebek Part II
- Antara Teori dan Fakta: Dimanakah????
- Kenangan Manis Masa Kuliah
- Moves Like Jagger: Lagu yang Mengasyikkan....
- Amy Winehouse: Sebuah Nama Sebuah Cerita
- Sapaan dari Saya
- Kakak Yang Baik Itu...
- Pesta Pernikahan = Budaya Mubadzir
- Peristiwa Hukum yang Kurang Menyenangkan
- Cita-cita
- Lirik Lagu
- Makalah
- Resensi
- Novel
- Puisi
- Skripsi
- Tips dan Trik
- Tulisan Lepas
Senin, 13 September 2010
Sabtu, 31 Juli 2010
MMS (Masa2 Skul....)
Bicara masalah kenangan waktu sekolah---dari TK, SD, SMP, dan; SMA---kalo menurut gw semuanya kagak menyenangkan.....!!! Lho?! Why??????
Iya.....waktu itu---utamanya waktu SMP---gw sering dibully gitu ma temen2......nggak tahu kenapa....mungkin karena gw cupu banget kali ya..... :-)
Tapi, kalo bicara sahabat baik---waktu SMP---......wuih gw punya dong pastinya!!!! Kalo mau disebutin.....hmm....kayaknya nggak usah kali yah......!!!! Biarlah itu semua jadi kenang2an gw...... ^_^
Mereka termasuk sahabat yang paling baik---kalo menurut gw. Soalnya, mereka betul2 mensupport saat gw butuh, mau mendengarkan masalah gw, pokoknya mereka is the best deh....
Intinya......kalo kalian semua nyari sahabat......carilah sahabat yang benar2 'multifungsi'---bukan cuma sekedar sahabat, tapi juga bisa sebagai saudara, kakak, temen curhat, de-el-el.....
Semoga tulisan ini bermanfaat buat kalian......
Iya.....waktu itu---utamanya waktu SMP---gw sering dibully gitu ma temen2......nggak tahu kenapa....mungkin karena gw cupu banget kali ya..... :-)
Tapi, kalo bicara sahabat baik---waktu SMP---......wuih gw punya dong pastinya!!!! Kalo mau disebutin.....hmm....kayaknya nggak usah kali yah......!!!! Biarlah itu semua jadi kenang2an gw...... ^_^
Mereka termasuk sahabat yang paling baik---kalo menurut gw. Soalnya, mereka betul2 mensupport saat gw butuh, mau mendengarkan masalah gw, pokoknya mereka is the best deh....
Intinya......kalo kalian semua nyari sahabat......carilah sahabat yang benar2 'multifungsi'---bukan cuma sekedar sahabat, tapi juga bisa sebagai saudara, kakak, temen curhat, de-el-el.....
Semoga tulisan ini bermanfaat buat kalian......
Kamis, 29 Juli 2010
Perang Salib (Masa Disintegrasi)
Perang Salib (perang suci) ini terjadi pada tahun 1095 M, saat Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen di Eropa untuk melakukan perang suci, untuk memperoleh kembali keleluasaan berziarah di Baitul Maqdis yang dikuasai oleh Penguasa Seljuk yang menetapkan beberapa peraturan yang memberatkan bagi umat Kristen yang hendak berziarah ke sana.
Sebagaimana telah disebutkan, peristiwa penting dalam gerakan ekspansi yang dilakukan oleh Alp Arselan adalah peristiwa Manzikert, tahun 464 H (1071 M). Tentara Sulthan Alp Arselan Rahimahullah yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 2.000.000 orang, terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Prancis dan Armenia. Peristiwa besar ini menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat Islam, yang kemudian mencetuskan Perang Salib. Kebencian itu bertambah setelah Dinasti Seljuk dapat merebut Baitul-Maqdis pada tahun 471 H dari kekuasaan dinasti Fathimiyah yang berkedudukan di Mesir. Penguasa Seljuk menetapkan beberapa peraturan bagi umat Kristen yang ingin berziarah ke sana. Peraturan itu dirasakan sangat menyulitkan mereka. Untuk memperoleh kembali keleluasaan berziarah ke tanah suci Kristen itu, pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen di Eropa supaya melakukan perang. Perang ini kemudian dikenal dengan nama Perang Salib, yang terjadi dalam tiga periode.
1. Periode Pertama
Pada musim semi tahun 1095 M; 150.000 orang Eropa, sebagian besar bangsa Perancis dan Norman, berangkat menuju Konstantinopel, kemudian ke Palestina. Tentara Salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa). Di sini mereka mendirikan kerajaan Latin I dengan Baldawin sebagai raja. Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiochea dan mendirikan kerajaan latin II di Timur. Bohemond dilantik menjadi rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Baitul-Maqdis (15 Juli 1099 M) dan mendirikan kerajaan Latin III dengan rajanya, Godfrey. Setelah penaklukan Baitul-Maqdis itu, tentara Salib melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104 M), Tripoli (1109 M) dan kota Tyre (1124 M). Di Tripoli mereka mendirikan kerajaan Latin IV, Rajanya adalah Raymond.
2. Periode Kedua
Syeikh Imaduddin Zanki Rahimahullah, penguasa Moshul dan Irak, berhasil menaklukkan kembali Aleppo, Hamimah, dan Edessa pada tahun 1144 M. Namun ia wafat tahun 1146 M. Tugasnya dilanjutkan oleh puteranya, Syeikh Nuruddin Zanki Rahimahullah. Syeikh Nuruddin Rahimahullah berhasil merebut kembali Antiokhia pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151 M seluruh Edessa dapat direbut kembali.
Kejatuhan Edessa ini menyebabkan orang-orang Kristen mengobarkan Perang Salib kedua. Paus Eugenius III menyampaikan perang suci yang disambut positif oleh raja Perancis Louis VII dan raja Jerman Condrad II. Keduanya memimpin pasukan Salib untuk merebut wilayah Kristen di Syria. Akan tetapi, gerak maju mereka dihambat oleh Syeikh Nuruddin Zanki Rahimahullah. Mereka tidak berhasil memasuki Damaskus. Louis VII dan Condrad II sendiri melarikan diri pulang ke negerinya. Syeikh Nuruddin Rahimahullah wafat tahun 1174 M. Pimpinan perang kemudian dipegang oleh Sulthan Shalahuddin al-Ayyubi Rahimahullah yang berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M. Hasil peperangan Shalahuddin Rahimahullah yang terbesar adalah merebut kembali Yerussalem pada tahun 1187 M. Dengan demikian kerajaan latin di Yerussalem yang berlangsung selama 88 tahun berakhir.
Jatuhnya Yerussalem ke tangan kaum muslimin sangat memukul perasaan tentara salib. Mereka pun menyusun rencana balasan. Kali ini tentara salib dipimpin oleh Frederick Barbarossa, raja Jerman, Richard the LeonHart, raja Inggris, dan Philip Augustus, raja Perancis. Pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M. Meskipun mendapat tantangan berat dari Shalahuddin, namun mereka berhasil merebut Akka yang kemudian dijadikan ibu kota kerajaan Latin. Akan tetapi mereka tidak berhasil memasuki Palestina. Pada tanggal 2 Nopember 1192 M, dibuat perjanjian antara tentara salib dengan Shalahuddin yang disebut dengan Shulh al-Ramlah. Dalam perjanjian ini disebutkan bahwa orang-orang Kristen yang pergi berziarah ke Baitul-Maqdis tidak akan diganggu.
Sebagaimana telah disebutkan, peristiwa penting dalam gerakan ekspansi yang dilakukan oleh Alp Arselan adalah peristiwa Manzikert, tahun 464 H (1071 M). Tentara Sulthan Alp Arselan Rahimahullah yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 2.000.000 orang, terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Prancis dan Armenia. Peristiwa besar ini menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat Islam, yang kemudian mencetuskan Perang Salib. Kebencian itu bertambah setelah Dinasti Seljuk dapat merebut Baitul-Maqdis pada tahun 471 H dari kekuasaan dinasti Fathimiyah yang berkedudukan di Mesir. Penguasa Seljuk menetapkan beberapa peraturan bagi umat Kristen yang ingin berziarah ke sana. Peraturan itu dirasakan sangat menyulitkan mereka. Untuk memperoleh kembali keleluasaan berziarah ke tanah suci Kristen itu, pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen di Eropa supaya melakukan perang. Perang ini kemudian dikenal dengan nama Perang Salib, yang terjadi dalam tiga periode.
1. Periode Pertama
Pada musim semi tahun 1095 M; 150.000 orang Eropa, sebagian besar bangsa Perancis dan Norman, berangkat menuju Konstantinopel, kemudian ke Palestina. Tentara Salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa). Di sini mereka mendirikan kerajaan Latin I dengan Baldawin sebagai raja. Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiochea dan mendirikan kerajaan latin II di Timur. Bohemond dilantik menjadi rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Baitul-Maqdis (15 Juli 1099 M) dan mendirikan kerajaan Latin III dengan rajanya, Godfrey. Setelah penaklukan Baitul-Maqdis itu, tentara Salib melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104 M), Tripoli (1109 M) dan kota Tyre (1124 M). Di Tripoli mereka mendirikan kerajaan Latin IV, Rajanya adalah Raymond.
2. Periode Kedua
Syeikh Imaduddin Zanki Rahimahullah, penguasa Moshul dan Irak, berhasil menaklukkan kembali Aleppo, Hamimah, dan Edessa pada tahun 1144 M. Namun ia wafat tahun 1146 M. Tugasnya dilanjutkan oleh puteranya, Syeikh Nuruddin Zanki Rahimahullah. Syeikh Nuruddin Rahimahullah berhasil merebut kembali Antiokhia pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151 M seluruh Edessa dapat direbut kembali.
Kejatuhan Edessa ini menyebabkan orang-orang Kristen mengobarkan Perang Salib kedua. Paus Eugenius III menyampaikan perang suci yang disambut positif oleh raja Perancis Louis VII dan raja Jerman Condrad II. Keduanya memimpin pasukan Salib untuk merebut wilayah Kristen di Syria. Akan tetapi, gerak maju mereka dihambat oleh Syeikh Nuruddin Zanki Rahimahullah. Mereka tidak berhasil memasuki Damaskus. Louis VII dan Condrad II sendiri melarikan diri pulang ke negerinya. Syeikh Nuruddin Rahimahullah wafat tahun 1174 M. Pimpinan perang kemudian dipegang oleh Sulthan Shalahuddin al-Ayyubi Rahimahullah yang berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M. Hasil peperangan Shalahuddin Rahimahullah yang terbesar adalah merebut kembali Yerussalem pada tahun 1187 M. Dengan demikian kerajaan latin di Yerussalem yang berlangsung selama 88 tahun berakhir.
Jatuhnya Yerussalem ke tangan kaum muslimin sangat memukul perasaan tentara salib. Mereka pun menyusun rencana balasan. Kali ini tentara salib dipimpin oleh Frederick Barbarossa, raja Jerman, Richard the LeonHart, raja Inggris, dan Philip Augustus, raja Perancis. Pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M. Meskipun mendapat tantangan berat dari Shalahuddin, namun mereka berhasil merebut Akka yang kemudian dijadikan ibu kota kerajaan Latin. Akan tetapi mereka tidak berhasil memasuki Palestina. Pada tanggal 2 Nopember 1192 M, dibuat perjanjian antara tentara salib dengan Shalahuddin yang disebut dengan Shulh al-Ramlah. Dalam perjanjian ini disebutkan bahwa orang-orang Kristen yang pergi berziarah ke Baitul-Maqdis tidak akan diganggu.
sumber: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3214016
Rabu, 07 Juli 2010
Avenged Sevenfold - Dear God (lyrics)
A lonely road, crossed another cold state line
Miles away from those I love, purpose hard to find
While I recall all the words you spoke to me
Can't help but wish that I was there
Back where I'd love to be, oh yeah
Dear God, the only thing I ask of you
Is to hold her when I'm not around, when I'm much too far away
We all need that person who can be true to you
But I left her when I found her and now I wish I'd stayed
Cause I'm lonely and I'm tired, I'm missing you again oh no
Once again
There's nothing here for me on this barren road
There's no one here while the city sleeps
And all the shops are closed
Can't help but think of the times I've had with you
Pictures and some memories will have to help me through, oh yeah
Dear God, the only thing I ask of you
Is to hold her when I'm not around, when I'm much too far away
We all need that person who can be true to you
But I left her when I found her and now I wish I'd stayed
Cause I'm lonely and I'm tired, I'm missing you again oh no
Once again
Some search, never finding a way
Before long, they waste away
I found you, something told me to stay
I gave in, to selfish ways
And how I miss someone to hold
When hope begins to fade
A lonely road, crossed another cold state line
Miles away from those I love, purpose hard to find
Dear God, the only thing I ask of you
Is to hold her when I'm not around, when I'm much too far away
We all need that person who can be true to you
But I left her when I found her and now I wish I'd stayed
Cause I'm lonely and I'm tired, I'm missing you again oh no
Once again
Selasa, 06 Juli 2010
Komunikasi Politik di Era Orde Baru dan Reformasi
Komunikasi
politik (political
communication) adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan
politik dan aktor-aktor politik atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan,
dan kebijakan pemerintah. Dengan pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan,
komunikasi politik bukanlah hal yang baru. Komunikasi politik juga bisa
dipahami sebagai komunikasi antara "yang memerintah" dan "yang
diperintah".
1. Komunikasi Politik pada Periode Orde Baru (1966-1998)
Terjadinya
krisis pilitik yang luar biasa, yaitu banyaknya demonstrasi mahasiswa, pelajar,
dan ormas-ormas underbow parpol yang hidup dalam tekanan selama
era demokrasi pemimpin, sehingga melahirkan TRITURA (Tri Tuntutan Rakyat)
yaitu:
·
Bubarkan PKI,
·
Bersihkan kabinet Dwikora dari PKI, dan
·
Turunkan harga/perbaikan ekonomi.
Pemerintahan
Orde Baru lebih memprioritaskan pembangunan ekonomi, dan pada sisi lain rezim
ini berupaya menciptakan stabilitas politik dan keamanan. Pengalaman masa lalu
dengan demokrasi liberal dan demokrasi terpimpin telah berakibat
berlarut-larutnya instabilitas politik sehingga negara tidak memikirkan
pembangunan ekonomi secara serius. Namun demikian, upaya untuk membangun stabilitas
tersebut dilakukan dengan mengekang hak-hak politik rakyat atau demokrasi.
Pada
awal pemerintahan Orde Baru, parpol dan media massa diberi kebebasan untuk
melancarkan kritik dan pengungkapan realita di dalam masyarakat. Namun sejak
dibentuknya format politik baru yang dituangkan dalam UU No. 15 dan 16 tahun
1969 (tentang pemilu dan susduk MPR/DPR/DPRD) menggirng masyarakat Indonesia ke
arah otoritarian. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa pengisian ⅓ kursi anggota MPR dan 1/5 anggota DPR dilakukan
melalui pengangkatan secara langsung tanpa melalui pemilu.
Kemenangan
Golkar pada pemilu 1971 mengurangi oposisi terhadap pemerintah di kalangan
sipil, karena Golkar sangat dominan, sementara partai-partai lain berada di
bawah pengawasan/kontrol pemerintah. Kemenangan ini juga mengantarkan Golkar
menjadi partai hegemonik yang kemudian bersama ABRI dan
birokrasi menjadikan dirinya sebagai tumpuan utama rezim Orde Baru untuk
mendominasi semua proses politik.
Pada
tahun 1973 pemerintah memaksakan penggabungan sembilan partai politik peserta
pemilu 1971 ke dalam dua parpol, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang
menggabungkan partai-partai Islam dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang
merupakan gabungan partai-partai nasionalis dan Kristen. Penggabungan (fusi)
ini mengakibatkan merosotnya perolehan suara kedua partai pada pemilu 1977,
sementara Golkar mendominasi perolehan suara. Dominasi Golkar ini terus
berlanjut hingga kemenangan terbesarnya diperoleh pada pemilu 1997.
Selama
Orde Baru berkuasa, pilar-pilar demokrasi seperti parpol dan lembaga perwakilan
rakyat berada dalma kondisi lemah dan selalu dibayangi oleh kontrol dan penetrasi
birokrasi yang sangat kuat. Anggota DPR selalu dibayang-bayangi oleh mekanisme recall (penggantian anggota DPR karena
dianggap terlalu kritis atau karena pelanggaran lain), sementara parpol tidak
mempunyai otonomi internal.
Eksekutif
sangat kuat sehingga partisipasi politik dan kekuatan-kekuatan di luar
birokrasi sangat lemah. Kehidupan pers selalu dibayang-bayangi oleh pencabutan
Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP). Sementara rakyat tidak diperkenankan
menyelenggarakan aktivitas sosial dan politik tanpa izin dari negara. Praktis
tidak muncul kekuatan civil society yang mampu melakukan kontrol dan
menjadi kekuatan penyeimbang bagi kekuasaan pemerintah Soeharto yang sangat
dominan.
Dari
pembahasan diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa Soeharto membangun
kekuasaannya dengan tiga pilar utama, yaitu ABRI, Golkar, dan birokrasi.
Soeharto membatasi hak-hak politik masyarakat dengan alasan stabilitas
keamanan. Pembangunan ekonomi di-ke-depankan, namun ruang kebebasan
dipersempit. Akibatnya, pemerintah Soeharto berjalan nyaris tanpa kontrol dari
masyarakat sehingga kemajuan ekonomi digerogoti oleh maraknya korupsi, kolusi,
dan nepotisme.
2. Komunikasi Politik Periode Reformasi
(1998-sekarang)
Sebagian
keberhasilan pemerintahan Orde Baru dalam melaksanakan pembangunan ekonomi
harus diakui sebagai prestasi besar bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Indikasi
keberhasilan tersebut antara lain tingkat pendapatan per kapita pada tahun 1977
mencapai angka hampir mendekati US$ 1200 dengan pertumbuhan sebesar 7%.
Ditambah pula meningkatnya sarana dan prasarana fisik infrastruktur yang dapat
dinikmati oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.
Namun
keberhasilan ekonomi yang dicapai pada masa Orde Baru, tidak diimbangi oleh
pembangunan mental dan bidang-bidang lain. Akibat langsung yang dirasakan oleh
masyarakat menjelang runtuhnya Orde Baru adalah praktik Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN) yang semakin marak dalam berbagai bidang kehidupan. Hal ini selain
mengakibatkan terjadinya krisis kepercayaan, juga telah menghancurkan
nilai-nilai kejujuran dan keadilan, etika politik, moral hukum, dasar-dasar
demokrasi, dan sendi-sendi agama.
Khusus
di bidang politik, krisis kepercayaan tersebut direspon oleh amsyarakat melalui
kelompok penekan (pressure
group) dengan mengadakan berbagai macam unjuk rasa/demokrasi yang
dipelopori oleh pelajar, mahasiswa, dosen, praktisi, LSM, dan politisi.
Gelombang demonstrasi yang menyuarakan 'reformasi' begitu deras mengalir dengan
dukungan dari berbagai kalangan yang semakin kuat dan meluas. Akhirnya, pada
tanggal 21 Mei 1998 presiden Soeharto menyatakan mengundurkan diri. Wakil
presiden BJ.
Habibie yang
menggantikan kepemimpinan nasional di Indonesia dilantik dihadapan Ketua MA dan
Ketua serta Wakil Ketua DPR/MPR.
Dinamika
politik pada periode era reformasi, dapat dilihat berdasarkan aktivitas politik
kenegaraan sebagai berikut.
1. Kebijakan pemerintah yang memberi ruang gerak lebih luas terhadap
hak-hak untuk mengeluarkan pendapat secara lisan maupun tulisan yang terwujud
dalam bentuk peraturan perundang-undangan. Misalnya, dikeluarkannya UU No.
12/1999 tentang Pegawai Negeri yang menjadi anggota parpol, UU No. 31/2002
tentang parpol, dan sebagainya.
2. Upaya mewujudkan pemerintahan yang bersih dari KKN, berwibawa, dan
bertanggung jawab dibuktikan dengan dikeluarkannya Ketetapan MPR No.
IX/MPR/1998. Ketetapan MPR ini ditindak-lanjuti dengan dikeluarkannya UU No. 30
tahun 2002 tentang pembentukan Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dan
sebagainya.
3.
Lembaga legislatif dan organisasi sosial politik sudah memiliki
keberanian untuk menyatakan pendapatnay terhadap eksekutif yang cenderung lebih
seimbang dan proporsional.
4.
Lembaga tertinggi negara (MPR) telah berani mengambil
langkah-langkah politik melalui pelaksanaan siding tahunan dengan menuntut
adanya laporan kemajuan kerja (progress
report) semua lembaga tinggi negara, amandemen terhadap UUD 1945,
pemisahan jabatan antara ketua DPR dan MPR, dan sebagainya.
5. Media massa diberikan kebebasan dalam menentukan tugas
jurnalistiknya secara profesional tanpa ada rasa ketakutan untuk dicabut surat
izin penerbitannya. Bahkan insan wartawan diberikan kebebasan pula untuk
membentuk organisasi profesi sesuai dengan aspirasi dan tujuannya.
6. Satu hal yang membanggakan kita dalam reformasi politik adalah
dengan adanya pembatasan jabatan presiden, dan untuk pemilu 2004 presiden dan
wakil presiden tidak dipilih algi oleh MPR melainkan dipilih langsung oleh
rakyat. Demikian juga untuk anggota legislatif, mereka telah diketahui secara
terbuka oleh masyarakat luas. Selain itu, dibentuk pula Dewan Perwakilan Daerah
(DPD) untuk mengakomodasi aspirasi daerah.
3. Quo Vadis Gerakan Reformasi
Peralihan
kekuasaan dari Soeharto ke Habibie menimbulkan sejumlah reaksi dalam
masyarakat. Namun, menurut Sartono Kartodirdjo, peralihan itu "baru satu
fase dari reformasi". Jadi, yang lebih penting bahwa reformasi itu sendiri
perlu dilaksanakan sampai tuntas. Bagaimana melembagakan sistem politik,
demokratisasi, pemberantasan KKN.
Hal
lain yang tidak kalah penting adalah bagaimana meng-introduksi (memasukkan) Trias
Politica dalam
kehidupan sosial dan politik Indonesia. Sebab, perumus UUD 1945, baik Bung
Karno, Sjahrir, sampai dengan Soepomo masih "alergi terhadap Trias
Politica". Mungkin konteksnya karena UUD 1945 itu disusun pada
zaman Jepang. Sifat Jepang yang militeristis, sering disebut fasistis, memaksa
penyusun UUD 1945 yang juga merupakan pendiri negara menyesuaikan diri.
Pemikiran Trias Politica mungkin tidak diterima dalam konteks
waktu itu sehingga susunan bagian-bagian UUD 1945 tidak sepenuhnya mencerminkan
gagasan pemisahan kekuasaan dalam Trias Politica.
Disamping
itu, berkuasanya Soeharto selama + 32 tahun (1966-1998) menunjukkan tidak
bekerjanya mekanisme politik dan pergantian kepemimpinan. Hal itu tidak lepas
dari kenyataan karena lembaga-lembaga negara dan partai politik berada di bawah
kendali Soeharto. Selain itu, hak-hak sosial dan politk rakyat juga dipasung
sehingga praktis posisi rakyat terhadap negara menjadi lemah.
Reformasi
yang bertolak dari tumbangnya kekuasaan Soeharto pada 21 Mei 1998 memberi satu
harapan baru bagi berkembangnya sistem politik yang demokratis. Partisipasi
politik masyarakat berkembang dengan baik, kebebasan pers dapat pula kita
nikmati, sementara daerah-daerah kini menikmati otonomi.
Walaupun
demikian, masih banyak persoalan yang belum terselesaikan. Belum semua
kerusakan bangsa dan negara yang diakibatkan oleh otoritarianisme dapat
diperbaiki. Persoalan penegakan hukum dan pemberantasan KKN---misalnya---adalah
agenda yang belum terwujud dengan baik hingga sekarang. Bahkan kini banyak
pihak mempertanyakan ke mana arah reformasi (Quo
Vadis Reformasi).
Di
samping itu, peristiwa "lengser
keprabon" itu merupakan suatu tanda bahwa sistem politik di
Indonesia dalam menyelenggarakan negara kebangsaan modern belum sepenuhnya
melembaga. Dalam arti, sistem politik belum diterima masyarakat dan masyarakat
pun tidak menyikapi itu sebagai situasi yang wajar. Bagaimanapun, mundurnya
Soeharto setelah 32 tahun berkuasa menimbulkan optimism baru bagi perubahan dan
reformasi di segala bidang. Masih banyak yang harus dipikirkan dan
diperjuangkan oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Sumber:
Budiyanto. Kewarganegaraan untuk SMA kelas X.
2004. Jakarta: Erlangga.
Jumat, 02 Juli 2010
PKS Jelaskan Isu Jilbab

Mana lebih baik, dua orang
berjilbab yang mendukung Capres dengan ribuan orang muslimah berjilbab yang
masuk ke sistem dan mendukung Capres. Karena yang dilawan oleh PKS adalah
sistem.
“Antum percaya Tempo atau ana? Antum baca deh artikel yang soal PKS di Tempo. Dia tanya, “Apakah PKS menekan SBY agar Bu Ani (Ani Yudhoyono) pakai jilbab?”, saya bilang “bukan!”. Dia tanya, “Apakah Bu Ani berjilbab lantaran alasan politik?”, saya jawab “Nggak tahu, tanya langsung ke orangnya!” “Anda ini rewel banget,” kata saya, “urusan selembar kain di atas kepala wanita, dia gak pake kerudung ente ributin, dah pake kerudung diributin juga!” Itu bahasa saya ke Tempo. Nah, percaya siapa? Dalam kesempatan yang lain, menurut Ustadz Amang Syafruddin, keputusan PKS sudah dimusyawarahkan oleh ustadz-ustadz yang memiliki kapabilitas. Karena itu tak bisa dipatahkan oleh SMS. Dalam Hal Jilbab di Pilpres ini, mana lebih baik, dua orang berjilbab yang mendukung Capres dengan ribuan orang muslimah berjilbab yang masuk ke sistem dan mendukung Capres. Karena yang dilawan oleh PKS adalah sistem. “Coba tunjukan mana keputusan PKS yang melanggar syariat?” tantanganya dihadapan Kader PKS se Jakarta. Memang sempat beredar SMS yang merugikan PKS soal kutipan yang tak lengkap itu. Keterangan perihal SMS Tifatul ini datang dari Kepala Bidang Humas dan Informasi Ahmad Mabruri “Ini penjelasan kepada kader secara internal,” jelas Mabruri melalui telepon, Kamis 25/06 Berikut petikannya: Soal pernyataan Tifatul, jilbab hanya selembar kain? Itu salah kutip dari majalah Tempo, wawancaranya panjang tapi dikutip sepotong dan keluar dari substansi. Apa yang dimaksud sebenarnya? Karena rame-rame orang membicarakan jilbab istri Capres dan Cawapres, maka orang bertanya, Apa PKS akan meminta Ibu Ani Yudhoyono untuk berjilbab? Wartawan terus bertanya. Jawaban Tifatul waktu itu, sebaiknya tanya kepada yang bersangkutan. Terus ditanya lagi, jawabannya, Kami tidak akan memaksa. Hingga keluarlah perkataan jilbab hanyalah selembar kain itu. Padahal bukankah dibelakang itu ada sistem yang menggerakan Capres dan Cawapres itu sendiri. Jadi....? Wawancara itu tidak utuh, keluar dari substansi. Seperti surat al Maun kalau dipahami sepotoang jadinya, celakalah orang yang shalat. Tapi kan ada lagi penjelasannya kenapa dia celaka, yaitu lalai dalam shalatnya. Tidak mungkin PKS melecehkan jilbab. Semua istri pengurus PKS dan aktivisnya berjilbab. Soal SMS itu bagaimana? Orang yang menerima sms itu juga belum baca wawancara di Tempo. Payahnya lagi, itu di massifkan hingga menjadi black campaign. Tapi kami sudah tahu siapa yang memulai (menyebarkan sms). Itu dari salah seorang partai saingan di Pilpres ini.
Biografi Napoleon Bonaparte
Napoleon Bonaparte (1769-1821 M) mungkin merupakan sosok yang selalu menimbulkan kontroversi bagi banyak orang. Mereka yang hidup pada zaman itu ataupun setelahnya hampir selalu menghadapi dilema dalam menilainya: apakah ia seorang yang bengis dan bar-bar---suka membunuh orang---ataukah seorang pemimpin yang selalu mendapat simpati dari pengikutnya? Ia dikabarkan selalu memberi racun pada tentaranya yang terluka usai peperangan. Apakah itu disebabkan ia tak peduli kepada mereka atau justru karena ia tak tega melihat mereka menderita? Konon ia juga selalu membawa bekal sedikit di setiap peperangan dari yang semestinya diperlukan pasukannya. Apakah itu karena ia kejam dan tak punya belas kasih atau justru karena ia seorang yang realistis? Ia mungkin saja berpikir bahwa akan banyak tentara yang mati dalam peperangan sehingga jumlah pasukan berkurang. Mungkin kita akan menemukan jawabannya jika mengetahui lebih banyak tentang dirinya.
Jenderal dan Kaisar Perancis yang tenar, Napoleon I, keluar dari rahim ibunya di Ajaccio, Corsica, tahun 1769. Nama aslinya Napoleon Bonaparte. Corsica masuk wilayah kekuasaan Prancis cuma lima belas bulan sebelum Napoleon lahir, dan pada saat-saat remajanya Napoleon seorang nasionalis Corsica yang menganggap Prancis itu penindas. Tetapi, Napoleon dikirim masuk akademi militer di Prancis dan tatkala dia tamat tahun 1785 pada umur lima belas tahun dia jadi tentara Prancis berpangkat letnan.
Kesempatan pertama Napoleon menampakkan kebolehannya adalah di tahun 1793, dalam pertempuran di Toulon (Prancis merebut kembali kota itu dari tangan Inggris), tempat Napoleon bertugas di kesatuan artileri. Pada saat itu dia sudah tidak lagi berpegang pada paham nasionalis Corsica-nya, melainkan sudah menganggap diri orang Prancis. Sukses-sukses yang diperolehnya di Toulon mengangkat dirinya jadi brigjen dan pada tahun 1796 dia diberi beban tanggung jawab jadi komando tentara Prancis di Italia. Di negeri itu, antara tahun 1796-1797, Napoleon berhasil pula merebut serentetan kemenangan yang membuatnya seorang pahlawan tatkala kembali ke Prancis.
Di tahun 1798 ia memimpin penyerbuan Prancis ke Mesir. Langkah ini ternyata merupakan malapetaka. Di darat, umumnya pasukan Napoleon berhasil, tetapi Angkatan Laut Inggris di bawah pimpinan Lord Nelson dengan mantap mengobrak-abrik armada Prancis, dan di tahun 1799 Napoleon meninggalkan pasukannya di Mesir dan pulang ke Prancis.
Begitu sampai di Prancis, Napoleon yang jeli itu dapat berkesimpulan bahwa rakyat Prancis lebih terkenang dengan kemenangan-kemenangannya di Italia ketimbang kegagalan ekspedisi Prancis ke Mesir. Berpegang pada fakta ini, hanya sebulan sesudah dia menginjak bumi Prancis, Napoleon ambil bagian dalam perebutan kekuasaan bersama Albe Sieyes dan lain-lainnya. Kup ini melahirkan sebuah pemerintah baru yang disebut "Consulate" dan Napoleon menjadi Konsul pertama. Kendati konstitusi sudah disusun dengan cermat dan diterima lewat persetujuan plebisit rakyat, ini cuma kedok belaka untuk menutupi kediktatoran militer Napoleon yang dengan segera mampu menyikut dan melumpuhkan lawan-lawannya.
Naiknya Napoleon ke tahta kekuasaan betul-betul menakjubkan. Tepatnya di bulan Agustus 1793, sebelum pertempuran Toulon, Napoleon sama sekali tidak dikenal orang. Dia tak lebih dari seorang perwira rendah berumur dua puluh empat tahun dan bukan sepenuhnya orang Prancis. Tetapi, kurang dari enam tahun kemudian–masih dalam usia tiga puluh tahun–sudah menjelma jadi penguasa Prancis yang tak bisa dibantah lagi, posisi yang digenggamnya selama lebih dari empat belas tahun.
Di masa tahun-tahun kekuasaannya, Napoleon melakukan perombakan besar-besaran dalam sistem administrasi pemerintahan serta hukum Prancis. Misalnya, dia merombak struktur keuangan dan kehakiman, dia mendirikan Bank Prancis dan Universitas Prancis, serta menyentralisir administrasi. Meskipun tiap perubahan ini punya makna penting, dan dalam beberapa hal punya daya pengaruh jangka lama khususnya untuk Prancis, tidaklah punya pengaruh yang berarti buat negeri lain.
Tetapi salah satu perombakan yang dilakukan oleh Napoleon punya daya pengaruh yang melampaui batas negeri Prancis sendiri. Yaitu, penyusunan apa yang termasyhur dengan sebutan Code Napoleon. Dalam banyak hal, code ini mencerminkan ide-ide Revolusi Perancis. Misalnya, di bawah code ini tidak ada hak-hak istimewa berdasar kelahiran dan asal-usul, semua orang sama derajat di mata hukum. Berbarengan dengan itu code tersebut cukup mendekati hukum-hukum lama dan adat kebiasaan Perancis sehingga diterima oleh rakyat Prancis dan sistem pengadilannya. Secara umum, code itu moderat, terorganisir rapi dan ditulis dengan ringkas, jelas, serta dapat diterima, tambahan pula mudah dipahami. Akibatnya, code ini tidak hanya berlaku di Prancis (hukum perdata Prancis yang berlaku sekarang hampir mirip dengan Code Napoleon itu) tetapi juga diterima pula di negara-negara lain dengan perubahan-perubahan yang disesuaikan dengan keperluan setempat.
Politik Napoleon senantiasa menumbuhkan keyakinan bahwa dia-lah seorang yang membela Revolusi Prancis. Tetapi, di tahun 1804 dia sendiri pula yang memperoklamirkan diri selaku Kaisar Prancis. Tambahan lagi, dia mengangkat tiga saudaranya ke atas tahta kerajaan di beberapa negara Eropa. Langkah ini tidak bisa tidak menumbuhkan rasa tidak senang pada sebagian orang-orang Republik Prancis yang menganggap tingkah itu sepenuhnya merupakan pengkhianatan terhadap ide-ide dan tujuan Revolusi Prancis. Tetapi, kesulitan utama yang dihadapi Napoleon adalah peperangan dengan negara-negara asing.
Di tahun 1802, di Amiens, Napoleon menandatangani perjanjian damai dengan Inggris. Ini memberi angin lega kepada Prancis yang dalam tempo sepuluh tahun terus-menerus berada dalam suasana perang. Tetapi, di tahun berikutnya perjanjian damai itu putus dan peperangan lama dengan Inggris dan sekutunya pun mulai lagi. Walaupun pasukan Napoleon berulang kali memenangkan pertempuran di daratan, Inggris tidak bisa dikalahkan kalau saja armada lautnya tak terlumpuhkan. Malangnya untuk Napoleon, dalam pertempuran yang musykil di Trafalgar tahun 1805, armada laut Inggris merebut kemenangan besar. Karena itu, pengawasan dan keampuhan Inggris di lautan tidaklah perlu diragukan lagi. Meskipun kemenangan besar Napoleon (di Austerlitz melawan Austria dan Rusia) terjadi enam minggu sesudah Trafalgar, hal ini sama sekali tidak bisa menghapus kepahitan kekalahan di sektor armada laut.
Di tahun 1808 Napoleon membuat ketololan besar dimana ia melibatkan Prancis ke dalam peperangan yang panjang dan tak menentu ujung pangkalnya di Semenanjung Iberia, tempat tentara Prancis tertancap tak bergerak selama bertahun-tahun. Tetapi, kekeliruan terbesar Napoleon adalah serangannya terhadap Rusia. Di tahun 1807 Napoleon bertemu muka dengan Czar, dan dalam perjanjian Tilsit mereka bersepakat menggalang persahabatan abadi. Tetapi, persepakatan dan persekutuan itu lambat laun rusak, dan di tahun 1812 bulan Juni Napoleon memimpin tentara raksasa menginjak-injak bumi Rusia.
Hasil dari perbuatan ini sudah sama diketahui. Tentara Rusia umumnya menghindar dari pertempuran langsung berhadapan dengan tentara Napoleon, karena itu Napoleon dapat maju dengan cepatnya. Di bulan September Napoleon menduduki Moskow. Tetapi, orang Rusia membumihanguskan kota itu dan sebagian besar rata dengan tanah. Sesudah menunggu lima minggu di Moskow (dengan harapan sia-sia Rusia akan menawarkan perdamaian), Napoleon akhirnya memutuskan mundur, tetapi keputusan ini sudah terlambat. Gabungan antara pukulan tentara Rusia dan musim dingin yang kejam, tak memadainya suplai pasukan Prancis mengakibatkan gerakan mundur itu menjadi gerakan mundur yang morat-marit. Kurang dari sepuluh persen tentara raksasa Prancis bisa keluar dari bumi Rusia hidup-hidup.
Negara-negara Eropa lain, seperti Austria dan Prussia, sadar benar mereka punya kesempatan baik menghajar Prancis. Mereka menggabungkan semua kekuatan menghadapi Napoleon,dan pada saat pertempuran di Leipzig bulan Oktober 1813, Napoleon kembali mendapat pukulan pahit hingga sempoyongan. Tahun berikutnya dia berhenti dan dibuang ke Pulau Elba, sebuah pulau kecil di lepas pantai Italia.
Di tahun 1815 dia melarikan diri dari Pulau Elba, kembali ke Prancis, disambut baik dan kembali berkuasa. Kekuatan-kekuatan Eropa segera memaklumkan perang dan seratus hari sehabis duduknya lagi ia di tahta kekuasaan, Napoleon mengalami kekalahan yang mematikan di Waterloo.
Sesudah Waterloo, Napoleon dipenjara oleh orang Inggris di St. Helena, sebuah pulau kecil di selatan Samudera Atlantik. Di sinilah dia menghembuskan nafasnya yang terakhir tahun 1821 akibat serangan kanker.
Karier militer Napoleon menyuguhkan paradoks yang menarik. Kegeniusan gerakan taktiknya amat memukau, dan bila diukur dari segi itu semata, bisa jadi dia bisa dianggap seorang jenderal terbesar sepanjang zaman. Tetapi di bidang strategi dasar dia merosot akibat membuat kekeliruan-kekeliruan besar, seperti misalnya penyerbuan ke Mesir dan Rusia. Kesalahan strateginya begitu fatal sehingga Napoleon tak layak dijuluki pemimpin militer kelas wahid. Apakah anggapan kedua ini tidak adil? Saya kira tidak. Sesungguhnya, ukuran kebesaran seorang jenderal terletak pada kemampuannya mengelak dari berbuat kesalahan-kesalahan yang menuntun ke arah kehancuran. Hal semacam itu tak terjadi pada diri Alexander Yang Agung, Jengis Khan dan Tamerlane yang tentaranya tak pernah terkalahkan. Berhubung Napoleon pada akhirnya dapat dikalahkan di tahun 1815, Prancis memiliki daerah lebih kecil ketimbang yang pernah dipunyainya di tahun 1879, saat pecahnya Revolusi Prancis.
Napoleon tentu saja seorang "egomaniac" dan sering dianggap semodel dengan Hitler. Tetapi, ada perbedaan yang ruwet diantara keduanya. Jika Hitler bertindak sebagian terbesarnya atas dorongan ideologi yang tersembunyi, Napoleon semata-mata terdorong oleh ambisi yang oportunistis dan dia tak punya selera melakukan penjagalan besar dan gila-gilaan. Dalam masa pemerintahan Napoleon, tidak terdapat semacam kamp konsentrasi seperti yang dipunyai Hitler.
Teramat masyhurnya nama Napoleon amat mudah menjebak orang menganggap dia itu berpengaruh besar secara berlebih-lebihan. Masa pengaruh jangka pendeknya memang besar, mungkin lebih besar dari Alexander Yang Agung walaupun tidak sebesar Hitler. (Menurut taksiran, sekitar 500.000 tentara Perancis mati dalam perang Napoleon, sedang sekitar 800.000 orang Jerman tewas selama Perang Dunia ke-2). Dengan ukuran apa pun, perbuatan pengrusakan Napoleon lebih sedikit ketimbang apa yang diperbuat Hitler.
Dalam kaitan pengaruh jangka panjang, tampaknya Napoleon lebih penting ketimbang Hitler, meski lebih kurang penting dibanding Alexander Yang Agung. Napoleon melakukan perubahan luas dalam tata administrasi Prancis, tetapi penduduk Prancis cuma satu per tujuh puluh penduduk dunia. Dalam tiap kejadian, perubahan administratif macam itu harus ditinjau dari sudut perspektif yang sewajarnya. Pengaruhnya terhadap orang Prancis jauh lebih sedikit ketimbang perubahan-perubahan sejumlah kemajuan teknologi dalam masa dua abad belakangan ini.
Banyak orang bilang, masa Napoleon menyediakan peluang bagi perubahan-perubahan bagi terkonsolidasinya dan semakin mapannya kaum borjuis Prancis. Di tahun 1815, tatkala monarki Prancis akhirnya tersusun kembali, perubahan-perubahan ini ditopang dan dilindungi begitu baiknya sehingga kemungkinan bisa kembalinya pola-pola sosial orde lama suatu hal yang sepenuhnya mustahil. Tetapi, perubahan terpenting sebetulnya terjadi dan tersusun sebelum Napoleon. Pada tahun 1799 ketika Napoleon memegang kendali pemerintahan mungkin setiap jalan ke arah kembalinya ke masa status quo sudah terlambat. Tetapi, lepas dari ambisi Napoleon sendiri yang keraja-rajaan, dia memang pegang peranan penting menyebarnya ide revolusi ke seluruh Eropa.
Napoleon juga membawa akibat timbulnya pengaruh-pengaruh luas dan besar dalam revolusi Amerika Latin. Penyerbuannya ke Spanyol melemahkan pemerintahan Spanyol sehingga cengkraman kolonialnya di daerah-daerah jajahannya juga dengan sendirinya melonggar dan tidak efektif. Dalam situasi de facto otonomi inilah gerakan-gerakan kemerdekaan Amerika Latin mulai meletus.
Dari semua langkah perbuatan Napoleon, yang paling penting dan paling punya pengaruh berjangka panjang justru yang berada di luar rencananya dan tidak ada sangkut pautnya dengan rencana Napoleon sendiri.
Di tahun 1803, Napoleon menjual daerah luas kepada Amerika Serikat. Dia tahu, milik Prancis di Amerika Utara sulit dilindungi menghadapi serangan-serangan Inggris. Selain itu, dia juga perlu duit, penjualan tanah Louisiana itu mungkin merupakan jual-beli tanah secara damai yang terbesar dalam sejarah sekaligus mengubah Amerika Serikat menjadi suatu negara yang berukuran benua. Sukar dibayangkan apa bentuknya Amerika Serikat tanpa Louisiana ini. Pasti akan merupakan negara yang sama sekali berbeda dengan apa yang kita kenal sekarang. Dan pula layak diragukan Amerika Serikat bisa menjadi negara kuat tanpa jual-beli Louisiana ini.
Di tahun 1803, Napoleon menjual daerah luas kepada Amerika Serikat. Dia tahu, milik Prancis di Amerika Utara sulit dilindungi menghadapi serangan-serangan Inggris. Selain itu, dia juga perlu duit, penjualan tanah Louisiana itu mungkin merupakan jual-beli tanah secara damai yang terbesar dalam sejarah sekaligus mengubah Amerika Serikat menjadi suatu negara yang berukuran benua. Sukar dibayangkan apa bentuknya Amerika Serikat tanpa Louisiana ini. Pasti akan merupakan negara yang sama sekali berbeda dengan apa yang kita kenal sekarang. Dan pula layak diragukan Amerika Serikat bisa menjadi negara kuat tanpa jual-beli Louisiana ini.
Napoleon, tentu saja, bukanlah satu-satunya orang yang berperan dan bertanggung jawab atas penjualan ini. Pemerintah Amerika jelas pegang peranan pula. Tetapi, penawaran Prancis menjual Louisiana diputuskan dalam perundingan oleh satu orang. Dan orang itu Napoleon Bonaparte.
Langganan:
Postingan (Atom)