Happy Cat Kaoani

Senin, 03 Juni 2013

Pesta Pernikahan = Budaya Mubadzir

Sekilas, judul saya memang agak provokatif. Orang-orang yang belum baca isinya asti berpikir kalo saya penganut liberalisme. Padahal, saya hanya ingin mengupas tentang budaya pesta pernikahan, khususnya di Makassar (berdasarkan pengamatan saya tentunya).

Kenapa tema tulisan saya kali ini tentang pernikahan? Selain karena di bulan-bulan yang penuh undangan pernikahan (serius, di rumah undangan yang bertumpuk itu sudah ada empat), saya terdorong untuk menuliskan sesuatu atas nama masyarakat sederhana.

Oke, kita mulai dari hal-hal yang paling mendasar:

1. Undangan
Zaman sekarang ini, sepertinya calon mempelai lebih memperhatikan "keindahan" undangan tersebut dibanding fungsinya. Coba bikin model seperti ini: undangan berbentuk kipas tangan atau undangan yang dibelakangnya terdapat kalender. Dengan cara ini, tentu akan lebih efisien karena undangan tidak langsung terbuang dengan percuma.

Kalau tidak punya budget lebih, coba buat undangan lewat jejaring sosial. Di zaman sekarang ini, rata-rata orang-orang sudah punya akun Facebook. Cuma, permasalahan utama, terkadang mereka (a.k.a teman-teman kamu) tidak ingin pergi ke pesta kalau tidak punya undangan. Cara ini bisa kamu siasati dengan memberi "undangan rombongan". Misalnya, teman-teman seangkatan waktu kuliah. Kamu bisa tulis di undangan "Teman-teman jurusan ..... Angkatan ....."

Kalau mereka tetap ogah-ogahan, harap dimaklumi. Mungkin mereka punya kegiatan tersendiri, atau mereka memang pada dasarnya malas. Positif thinking aja, yang penting kan mereka sudah diundang. :))

2. Pesta pernikahan
Tulisan saya kali ini khusus membahas tentang kelakuan tamu undangan. Saya kadang heran, seringkali mereka mengambil porsi makan yang cukup besar (soalnya ukuran tubuh saya kecil, jadi saya sering mengacu standar berdasarkan ukuran tubuh saya :D), tapi hanya dimakan sedikit. Apa sih maksudnya?! Biar kelihatan keren? Bukannya waktu kecil kita diajarkan untuk selalu menghabiskan makanan kita? Kenapa??? DEMI TUHAAANNN!!!! (gebrak meja pake sendal jepit :P)

Ingat ya, masih banyak saudara-saudara kita yang kekurangan. Kalau kelakuan kita begitu, sama saja menyakiti hati mereka yang berusaha keras mencari sesuap nasi untuk keluarga mereka.


Jadi, sudah siapkah kita menerapkannya?? :)

Senin, 27 Mei 2013

Kakak Yang Baik Itu...

Saat sedang stalking di FB seseorang, saya menemukan sebuah kiriman dari seseorang. Isinya tuh kayak gini:


Saya langsung jederrrr!!!! Wow..di zaman yang semakin edan ini, masih ada ya yang peduli dengan adiknya. Sampai ngebela-belain beli segala sesuatunya demi adiknya itu. It's a sweet moment, you know.. :))

Seketika, saya langsung tersentak. Saya pun mencoba mengingat kembali, kapan ya terakhir kali ngobrol sama abang saya (satu-satunya, cowok pula)? Iya dear, NGOBROL. Dari hal-hal yang paling kecil aja, kita udah jarang melakukannya lagi. Pernah sih sekali----waktu saya SD----dia ngebantu nulis (atau lebih tepatnya, dituliskan :P) PR Agama Islam saya, QS. Al-Zalzalah: 1-7. 

Ya, kesibukan menjadi alasan penyebab kita jarang ngobrol (semoga aja). Semenjak dia kuliah hingga----sekarang----bekerja, bukan cuma jarang ngobrol, dia jaraaaaaaaaaaaaaaaaaaang banget pulang ke rumah. Untung banget kalo kita----orang-orang di rumah, termasuk saya----liat mukanya sebulan sekali. Bahkan, pernah saya lupa bentuk muka abang saya, dan dunia pun tiba-tiba berubah menjadi sarang mutant (oke, kayaknya terlalu di-dramatisir).

Ada kalanya, saya butuh teman curhat seputar urusan orang dewasa: masalah kuliah; skripsi; dosen; orang tua; cowok; apapun itu. Tapi, ketika ingin disampaikan----saat dia ada di rumah----rasanya kok seperti ada tembok besar yang menghalangi ya? Atau cuma halusinasi saya saja?

Maaf jika tulisan ini sangat menyinggung. Setidaknya, para kakak (cowok) disana sadar, biar bagaimana pun, orang-orang di rumah membutuhkan mereka, tanpa mereka sadari.

Semoga. ***

Uang Seratus Rupiah (Rp 100,00.-) Itu....

Suatu hari, saat sedang lari sore bersama kedua teman saya, nun jauh di seberang, saya melihat sesuatu yang berkilau (puitis abis. :P). Setelah memperhatikan dengan seksama, saya langsung bersorak kegirangan, "Yeeesssss!!!!!!" Segera saya berlari sekuat tenaga. Teman-teman saya juga ikut-ikutan berlari kencang di belakang.

Setelah sampai, saya pun memungut benda tersebut. Saya membersihkan sisa-sisa tanah yang melekat di benda tersebut dengan tangan, meniup-niupnya, kemudian menyimpannya di saku celana olahraga saya. Teman-teman saya----yang telat menyusul----berhenti di belakang saya. Sambil terengah-engah dan mengelap keringat, mereka bertanya,

"Oeee, kenapa ko tiba-tiba cepat sekali lari?"

"Ada cowok cakep iya lewat?"

"Mdd, cowok terus di otak na inee."

Saya dengan cuek menjawab, "Bukan, dapat ka uang tadi."

Teman-teman saya langsung antusias.

"Bagusnya itu rejekimu. Pertama kali ko lari sore langsung dapat uang."

"Ayo mii pale' makan pangsit deh. Lapar ka ine kasian. Dari siang belum makan."

"We Erdha, uang berapakah nu dapat?"

Saya pun celingukan, mencari tempat yang bagus untuk beristirahat. Aha!!! Ini dia!!! Sambil menuju sebuah taman depan sebuah kompleks perumahan, saya menjawab pendek, "Uang sibi'."

"Sibi'? Seratus rupiah?" tanya teman saya hampir bersamaan.

Saya mengangguk. "Kenapai?"

Teman saya saling pandang, kemudian tertawa terbahak-bahak. Saya heran, karena saya pikir tidak ada yang lucu. Setelah keduanya duduk bersebelahan----saya di pinggir mereka----mereka langsung membuka percakapan singkat.

"Deh, betul-betul ini anak. Nda ada sekali malu-malu na. Kah biar tommi itu uang seratus disitu. Mau ko apai, tidak ada mi permen harga seratus sekarang Erdha."

Mereka tertawa lagi. Kali ini lebih keras. Saya semakin cuek, malah makin tekun mendengarkan talkshow di sebuah radio swasta terfavorit di kota ini.

Menyadari bahwa saya semakin cuek, teman saya kemudian melepas headset di balik jilbab, kemudian berteriak, "Hooooiiii, nu dengar jeka?"

Saya menjauhi mereka sambil mengusap-usap kuping, merasa budek untuk sesaat, dan menjawab, "Iyo, kah tidak pake teriak di kuping ji kapang."

Teman saya tersenyum. Yang satunya kemudian bertanya, "Hobimu mungkin pungut uang seratus di jalan, makanya matamu terlatih ki untuk waspada."

Mereka berdua tertawa (lagi). Saya agak jengah juga, soalnya orang-orang mulai memperhatikan kami--utamanya teman-teman saya--. "We, bisa tidak kalo ketawa ko nda pake terbahak-bahak? Nda malu ko itu diliati orang dari tadi?" saya memperingatkan.

Mereka celingukan, dan kemudian menghentikan tawa mereka. Untuk menutupi rasa malu, mereka meminta saya mengeluarkan botol air minumnya. Saya membuka tas, dan menyerahkan dua botol air minum. Matahari sudah hampir tenggelam, jadi saya mengajak mereka berdua pulang.

Sambil berjalan, saya pun menjawab pertanyaan mereka, "Saya selalu ingat dengan nasihat orang bijak--saya lupa namanya--bahwa kita harus seperti buah kurma. Meskipun orang melempari dengan batu, dia (pohon kurma) tetap menghidangkan buah kurma yang ranum dan lezat untuk orang yang memetiknya."

"Sama juga dengan uang seratus. Meskipun dia sering diremehkan oleh orang kebanyakan, tetap ji juga dicari untuk melengkapi uangnya menjadi dua ribu rupiah, karena kalo cuma seribu sembilan ratus rupiah saja nilainya belum sama dengan dua ribu."

Mereka terdiam sejenak, sambil menekuri tanah yang berbekas jejak sepatu kets kami. Entah siapa yang mulai, tahu-tahu kami sudah saling berangkulan, dan kedua teman saya berkata dengan kompak, "Minta maaf ka nah kalo kata-kataku barusan menyakitkan."

Saya pun tersenyum. "It's okay, my friends."

Sinar matahari perlahan-lahan meredup, namun masih menyinari langkah kami menuju rumah dengan berangkulan pundak. *** 

Minggu, 16 Desember 2012

Cara Membedakan Daging Sapi dan Daging Babi

Ini adalah postingan yang saya ambil dari: 
http://www.elangajib.com/2012/12/daging-sapi-dan-daging-babi.html (dengan sedikit pengubahan tentunya)

Akhir-akhir ini sering beredar kabar tentang berita mengenai daging bakso oplosan. Hal ini terjadi karena kelangkaan daging sapi, sehingga oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan hal tersebut untuk menukarnya menjadi daging babi.

Jangan khawatir pemirsa, berikut ini saya akan membagi tips seputar cara membedakan kedua daging tersebut. Cekidot!




1. Dari segi warna



Terlihat daging babi memiliki warna yang lebih pucat dari daging sapi (lihat gambar 1), warna daging babi mendekati warna daging ayam. Namun perbedaan ini tak dapat dijadikan pegangan, karena warna pada daging babi oplosan biasanya dikamuflase dengan pelumuran darah sapi, walau kamuflase in dapat dihilangkan dengan perendaman dengan air. Selain itu, ada bagian tertentu dari daging babi yang warnanya mirip sekali dengan daging sapi.

2. Dari segi serat daging


Perbedaan terlihat dengan jelas antara kedua daging. Pada sapi, serat-serat daging tampak padat dan garis-garis seratnya terlihat jelas. Sedangkan pada daging babi, serat-seratnya terlihat samar dan sangat renggang. Perbedaan ini semakin jelas ketika kedua daging direnggangkan bersama (lihat gambar 2).

3. Dari penampakan lemak


Perbedaan terdapat pada tingkat keelastisannya. Daging babi memiliki tekstur lemak yang lebih elastis sementara lemak sapi lebih kaku dan berbentuk. Selain itu lemak pada babi sangat basah dan sulit dilepas dari dagingnya sementara lemak daging agak kering dan tampak berserat (lihat gambar 3).

Namun kita harus hati-hati pula bahwa pada bagian tertentu seperti ginjal, penampakkan lemak babi hampir mirip dengan lemak sapi.

4. Dari segi tekstur


Daging sapi memiliki tekstur yang lebih kaku dan padat dibanding dengan daging babi yang lembek dan mudah diregangkan (lihat gambar 4). Melalui perbedaan ini sebenarnya ketika kita memegangnya pun sudah terasa perbedaan yang nyata antar keduanya karena terasa sekali daging babi sangat kenyal dan mudah di “biye” kan. Sementara daging sapi terasa solid dan keras sehingga cukup sulit untuk diregangkan.

5. Dari segi aroma
Terdapat sedikit perbedaan antara keduanya. Daging babi memiliki aroma khas tersendiri, sementara aroma daging sapi adalah anyir seperti yang telah kita ketahui. Segi bau inilah yang -menurut pak Joko- sebenarnya senjata paling ampuh untuk membedakan antar kedua daging ini. Karena walaupun warna telah dikamuflase dan dicampur antar keduanya, namun aroma kedua daging ini tetap dapat dibedakan. Sayangnya kemampuan membedakan melalui aromanya ini membutuhkan latihan yang berulang-ulang karena memang perbedaannya tidak terlalu signifikan.

6. Karakteristik secara Umum
Secara umum karakteristk daging babi ternak dan babi hutan (celeng) mirip satu sama lain, sementara daging babi memiliki perbedaan yang cukup banyak dengan daging sapi. Namun ketika kedua jenis daging tersebut telah dicampurkan, apalagi setelah dikamuflase dengan darah sapi, keduanya (daging babi dan sapi) menjadi sangat sulit untuk dibedakan.


Penjualan daging babi oplosan merupakan kegiatan yang ilegal, sehingga biasanya daging ini tidak di display di meja penjualan. Daging ini biasanya dikeluarkan ketika ada pembeli yang menanyakan, “apakah ada daging murah pak?” sehingga kita pantas menaruh curiga bila ada penjual yang menjual daging dengan harga “miring”. Sifat yang lain juga adalah lokasi penjualan yang biasanya di tempat yang gelap dan cukup terpisah dari yang lainnya supaya daging tidak menjadi pusat perhatian orang banyak sehingga sangat sulit membedakannya.


Semoga bermanfaat ya! :)


P.S.:
Pastikan Anda menyertakan link nya bila ingin memposting artikel ini di blog :)

Rabu, 17 Oktober 2012

Sapaan dari Saya


Hai..hai..hai semuaa.. Apa kabar???

Maaf, gue baru sempet buka blog lagi. Entah mengapa, curhat lewat social media rasanya lebih asik, karena menurut gue kalo lewat FB, Twitter, atau Plurk, sasarannya langsung tepat mengenai orang yang ingin kita sindir.. :D :P :P

Hemmm...karena ini postingan awal (setelah sekian lama vakum) di bulan Oktober, gue cuma mau bilang: selamat ulang tahun, selamat jadian, selamat putus, selamat menempuh hidup baru, selamat gajian (udah lewat kali... :P :D); dan semua kejadian-kejadian yang tidak bisa gue tuliskan satu persatu, pesan gue hanyalah beberapa kata: "Segala sesuatunya itu sudah digariskan oleh Tuhan, manusia hanyalah sekedar pemeran dari itu semua. Lanjutkan hidup kalian, jangan meratapi hal-hal yang sudah lewat." Setuju???? :)

Sebelum gue menutup perjumpaan kita kali ini (halah...), gue ingatkan kepada teman-teman sekalian untuk membawa payung (buat pejalan kaki), jas hujan (buat pejalan kaki atau pengendara beroda 2 dan 3), rainbag protection (sesuai namanya, yakni biar tasmu nggak kebasahan dan sakit :P :D), lengkapi surat-surat berkendara kamu, bawa selalu kartu2 penting (ATM, KTP, Kartu Mahasiswa, dan sebagainya), jaga stamina, dan berdoa pada Tuhan semoga segalanya berjalan lancar, aman, tertib, sejahtera, dan sentosa... #amiinn.. :)

See you guys di tulisan berikutnya.. :*

Tertanda:

Nurul Wardani Yahya_Erdha

Selasa, 17 Januari 2012

Amy Winehouse: Sebuah Nama Sebuah Cerita

Mungkin teman-teman semua bertanya, "Kok judulnya kayak albumnya Peterpan?"

Jawaban gue, "No, gue cuma mau meminjam judul ini untuk menggambarkan tragisnya kehidupan beliau gara-gara narkoba dan minuman keras!!"

Amy Jade Winehouse----lahir di Southgate, London, tanggal 14 September 1983----memulai kariernya dengan ciamik saat berusia 10 tahun!! Waw, teman-teman pasti merasa kagum sekaligus tertarik.

Setelah menikah dengan Blake Fielder-Civil, Amy dan suaminya memasuki lika-liku hidup yang 'mencengangkan'. Blake masuk penjara, dan dia sendiri kecanduan obat-obatan dan alkohol. Tapi, di tahun 2008, dia berhasil menyabet 5 penghargaan dalam ajang 'Grammy Awards'.



Spekulasi
Banyak orang yang menganggap bahwa kematiannya berhubungan dengan overdosis. Ayahnya, Mitchell Winehouse, berpendapat bahwa kematian anaknya diakibatkan kandungan detoksifikasi dalam tubuhnya (http://music.okezone.com/read/2011/09/11/386/501287/amy-winehouse-meninggal-karena-detoksifikasi).

Namun, apapun itu, gue cuma bisa bilang, sakit yang berkepanjangan bisa menyebabkan orang melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu. Ya, banyak orang yang menduga bahwa dia kecanduan karena perceraiannya dengan Blake.




Siapapun, pasti sakit dengan perceraian. Dua tahun bukan waktu yang singkat untuk menjalin sebuah hubungan. Bagaimanapun, Amy merupakan sosok yang 'rapuh'. Mungkin ia tak tahu lagi cara mengungkapkan rasa sakit hatinya, mungkin juga karena ia frustasi karena tidak ada lagi sosok yang bisa ditempati bersandar. Atau mungkin ia sudah bosan dianggap sebagai sosok yang sempurna di mata publik.

Senin, 15 Agustus 2011

Moves Like Jagger: Lagu yang Mengasyikkan.......

Kali ini, kita akan bahas tentang lagu yang rada-rada make beat cepat. Yupz, band asal California ini---Maroon5---seolah tahu akan selera musik ABG zaman sekarang. Single terbaru mereka, "Moves Like Jagger"---yang dibawakan secara ciamik bersama Christina Aguilera---bikin gue jadi semangat buat ngelakuin sesuatu :)



Awalnya, gue denger lagu ini pertama kali dari abang. Gue---yang masih pasang tampang nggak percaya waktu gue tahu---langsung ngasih jempol buat grup yang di-dalangi oleh Adam Levine, James Valentine, Jesse Carmichael, Mickey Madden, dan Matt Flynn ini. Emang sih, liriknya terkesan jorok banget. Biarpun begitu, lagu ini nggak salah bukan, buat jadi kandidat jawara di kancah musik Amrik....... Setujuuuuu????????!!!!!



Silahkan cek disini untuk lihat liriknya: 
http://www.azlyrics.com/lyrics/maroon5/moveslikejagger.html



Yang mau lihat videonya cek di link berikut: 
http://www.youtube.com/watch?v=iEPTlhBmwRg&ob=av2n


Selamat bergoyaaaaannnnggggg........ ;)