Happy Cat Kaoani

Kamis, 09 Januari 2014

Tips and Tricks: How To Be A Great “Sarjana”

Kalo ditanya seputar susah tidaknya meraih titel sarjana, maka saya dengan mantap menjawab, “Alhamdulillah, saya tidak mengalami hambatan yang berarti.”

Kenapa?

Selain target, hal yang tidak kalah pentingnya dalam meraih hal tersebut adalah KEMAUAN DAN KEBULATAN TEKAD. Biarpun kamu sudah menargetkan bahwa kamu akan memakai toga di bulan April 2014, jika dari sekarang kamu belum memikirkan judul (bahkan judul kamu itu ‘masih di luar kepala’) maka itu sama dengan nyari beruang kutub di Kalimantan----alias sia-sia.

Jadi apa dong?

Baiklah, tanpa membuang waktu dan koin recehan, saya akan membagi pengalaman saya meraih titel sarjana----berdasarkan institusi tempat saya menimba ilmu, UIN Alauddin Makassar. Meski bersifat khusus, saya berusaha agar tulisan ini tetap nyaman dikonsumsi siapapun yang sudah akan melangkah ke tahap tersebut. Cekidot!  

1. Berkas-berkas
Sebelum kamu mendaftar ujian meja, pastikan berkas-berkas kamu sudah lengkap dan mantap. Biasanya; mereka bakal minta sertifikat kegiatan yang kamu wajib ikuti di semester I dan II, blangko SPP mulai semester awal hingga akhir, sertifikat KKN, KTM (Kartu Tanda Mahasiswa), daftar nilai sementara dari jurusan, photo copy ijazah SMA, dan foto untuk ijazah sarjana. Buat kamu yang pernah cuti, pastikan kamu melampirkan surat keterangan cuti yang ditandatangani oleh dekan fakultas.

Untuk foto ijazah----berdasarkan apa yang berlaku di UIN Alauddin Makassar----modelnya sebagai berikut:
a. Untuk yang cowok: foto berlatar merah dengan memakai kemeja putih, berdasi hitam, dan berjas hitam.
b. Untuk yang cewek: foto berlatar merah dengan memakai jilbab hitam (memperlihatkan telinga), berkemeja putih, dan berjas hitam.

Kalo kamu nggak ingin telinga kamu keliatan----iya, nggak modis banget ya keliatannya, apalagi buat yang hobi share foto ----kamu bisa buat surat pernyataan. Contohnya banyak kok di internet. Kalo mau minta filenya, bisa hubungi saya lewat inbox.

Buat yang penasaran bawahannya pake apa, TERSERAH AJA mau pake apa nggak, kan nggak keliatan (a.k.a cuma setengah badan doang).

Oya, usahakan kamu foto di studio foto. Jangan foto di rumah terus diedit pake Photoshop, hasilnya pasti kurang maksimal. Lebih-lebih kalo kamu ngedit pake Camera360. Di studio foto kan biasanya ada kamar ganti, jadi kamu bisa ganti baju disana tanpa khawatir ada yang ngintip. Dan lebih penting lagi, biayanya juga sama aja kok.

Kenapa kamu perlu menyiapkan berkas di awal-awal? Biasanya----dan sering terjadi, mahasiswa seneng banget SKS (Sistem Kebut Semalam). Maunya semua beres dalam sehari. Okelah kalo berkas kamu lengkap semua, tapi kalo ada yang hilang----kayak blangko SPP? Ingatlah pepatah yang sering banget didengungkan, “Sedia jas hujan dan simpan di bagasi motor sebelum hujan, karena sedia payung sebelum hujan sudah terlalu mainstream.”

2. Judul skripsi
Sering terjadi, mahasiswa sering menyiapkan judul skripsi masterpiece. Saking kerennya, tuh draft skripsi masih berkutat di latar belakang masalah. Begitu sadar, taunya udah tahun 3025.

Saran saya, pilihlah judul skripsi sesuai dengan KEMAMPUAN OTAK dan JURUSAN. Misalnya, jurusan saya adalah Hukum Pidana dan Ketatanegaraan. Tentu, pemilihan judulnya seputar masalah Hukum Pidana atau Hukum Tata Negara, tinggal kamu dan otak kamu yang menyesuaikan untuk memilih yang mana. Jangan pernah mengerjakan skripsi bertema Hukum Pidana bila otak kamu lebih cenderung ke masalah Hukum Tata Negara. Jangan juga mengangkat skripsi bertema pernikahan atau wakaf, karena itu bukan bidang kajian jurusan kita.

Bila judul kamu nggak diterima, bukan berarti judul kamu jelek. Kemungkinan besar judul kamu sudah ada yang bahas, makanya itu rajin-rajinlah ke perpustakaan buat hunting atau baca-baca berita di internet, siapa tau dapat topik yang keren untuk diangkat menjadi skripsi.

Satu lagi, pastikan referensi yang tersedia mudah didapat. Jangan sampai kamu udah menemukan judul yang oke tapi referensi yang tersedia masih kurang. Oleh karena itu, penting banget kamu mengobok-obok isi perpustakaan terdekat untuk memastikannya. Jangan malas ke perpus ya!

3. Proposal/draft skripsi
Buatlah proposal/draft skripsi sesuai dengan pedoman penulisan yang ada di kampus. Kebanyakan mahasiswa menginginkan proposal mereka terlihat sempurna saat seminar, sehingga yang terjadi justru proposal itu bakal tinggal di tumpukan file dalam komputer sampe lumutan dan bakal dikerjain lagi saat teman-teman mereka satu per satu udah diwisuda, tinggal dia doang yang belum kelar-kelar sampe penerimaan mahasiswa baru yang kelima kalinya di kampus.

Intinya, buat aja semaksimal mungkin. Kalo saat seminar kamu dibantai, hal itu wajar, toh itu demi kebaikan kita untuk membuat sesuatu yang lebih keren lagi, iya nggak?

Oya, kamu harus melampirkan referensi sebanyak 17 (tujuh belas) buku agar proposal kamu bisa diseminarkan----kalo misalnya kamu belum mampu menemukan referensi sebanyak 25 (dua puluh lima) buku (banyak yang nanya soalnya, jadi dicantumin).

4. Being A Paparazzi (?)
Pembimbing itu sifatnya sangat beraneka ragam. Wajarlah, mereka kan juga manusia, bukan malaikat (pengen share disini, tapi nantilah. Saya masih melakukan penelitian yang mendalam terkait hal ini). Disini, kamu dituntut untuk menjadi seorang paparazzi yang unggul. Tapi bukan berarti, kamu sampe menguntit mereka dimana-mana (bahkan di WC sekalipun). Salah-salah, kamu kena jurus seribu bayangan alias gamparization.
Saat kamu sudah tahu bahwa si dosen A yang menjadi pembimbing kamu, maka langkah pertama yang harus kamu lakukan adalah MENYELIDIKI. Penyelidikan kamu seputar tampangnya yang kayak gimana, di kelas mana biasanya beliau masuk, nomor telepon atau HP beliau, rumahnya dimana, tipe kendaraan dan nomor polisinya berapa, dan lain-lain. Kamu bisa nanya lewat teman, tetangga jurusan atau fakultas, atau dengan yang lain yang kamu anggap memiliki pengetahuan seputar dunia perdosenan.
Kenapa? Biar saat konsultasi soal skripsi kamu tidak menemui hambatan dan rintangan berarti.

Saat masa-masa konsul skripsi, hal ini juga yang saya lakukan. Saat saya mau minta tanda tangan dan sebagainya, saya cukup memperhatikan MOBIL DOSEN di tempat biasa beliau mangkal----karena dosen pembimbing saya nggak cuma mengajar di beberapa fakultas, beliau juga punya kesibukan lain di rektorat dan pascasarjana. Jadi, hal ini cukup memudahkan saya. Saya jarang menelepon mereka, kecuali bila keadaannya sangat mendesak.

Saya pernah dengar cerita dari seorang teman tentang seorang dosen yang tidak membukakan pintu pagar rumah saat dia ingin konsul skripsi. Setelah diteliti, ternyata si dosen memang tidak senang kalo ada mahasiswa yang datang ke rumahnya, beliau lebih senang untuk meladeni di kampus.

Perlu bukti lagi?

Teman saya sering nyeritain hal-hal yang berbau ‘horor’ soal pembimbing saya----kebetulan beliau jadi dosen pembimbing untuk teman saya itu. Saya sendiri cukup heran juga, soalnya saat beliau membimbing saya agak beda dengan yang teman ceritain. Setelah saya kroscek, ternyata teman saya ini sering membuat beliau ‘menunggu tak jelas’. Kadang-kadang, mereka udah janjian untuk konsul, tapi temen saya sering datang sejam setelah waktu perjanjian. Siapa yang nggak ngamuk coba kalo di-PHP begitu?

5. Pengesahan draft skripsi
Saat draft kamu udah memenuhi syarat untuk menuju langkah selanjutnya----yakni pembuatan skripsi, kamu bisa mengajukan pengesahan draft yang ditandatangani oleh kamu, pembimbing satu dan dua, ketua jurusan, dan dekan fakultas. Formatnya bisa kamu minta di senior yang kamu anggap baik hati lagi rajin menabung.

Jangan pernah nyodorin pengesahan draft skripsi saat kamu baru sekali konsul sama pembimbing. Idealnya, saat kamu udah empat atau lima kali konsul, kamu bisa mengajukan berkas tersebut. Ini pun bila dosen kamu sendiri yang minta. Jadi, sediain aja dan keluarkan saat dosen kamu udah minta.

6. Skripsi
Lama ngerjain skripsi sebetulnya bergantung dari metode yang kamu ambil. Untuk metode yang bersifat library research (penelitian kepustakaan) lamanya sekitar sebulan atau lebih. Sedangkan  metode field research (penelitian lapangan/observasi) sekitar dua bulan setengah atau lebih. Bukan berarti kamu mesti di depan laptop atau komputer tanpa makan, minum, dan senang-senang sama; teman, gebetan, pacar, atau selingkuhan (nah lho?).

Kalo kamu udah ngetik selama dua jam, ambil istirahat selama sejam. Renggangkan kembali otot-otot kamu yang lelah, terutama mata. Bila dua bab telah kamu selesaikan, ambil jeda selama sehari untuk refreshing ke tempat-tempat yang kamu sukai----sekalian nyari referensi lagi untuk tulisan selanjutnya. Jadi, kamu nggak pernah terserang sindrom stres dan akhirnya berakhir di rumah sakit jiwa pada saat umur kamu mencapai dua puluh tahun. Serius!

Saya pribadi juga kayak gitu. Di masa-masa ngerjain skripsi, saya juga nggak pernah kehilangan waktu buat keluarga dan teman. Saat saya jenuh dan pusing memikirkan bahan selanjutnya, saya mensave, mematikan laptop, dan mengajak teman-teman untuk ke karaoke box (tapi bayar sendiri-sendiri) atau jalan-jalan sendirian di mall (sekalian singgah ke Gramedia berburu komik Conan). Saat ide tersebut muncul, saya catat di sebuah buku kecil, kemudian pulang. Jangan dibawa susah kalo sebenarnya solusi buat masalah tersebut gampang.

7. Persetujuan pembimbing
Setelah dosen pembimbing kamu merasa bahwa skripsi kamu sudah memenuhi syarat, maka langkah selanjutnya adalah meminta persetujuan yang ditanda tangani oleh pembimbing satu dan dua. Formatnya bisa kamu lihat di senior atau di buku pedoman penulisan di kampus kamu. Jangan lupa, bawalah skripsi kamu sebagai bukti bahwa skripsi kamu sudah layak untuk ‘dibantai’ di ujian meja.

Ingat, jangan pernah memaksa dosen untuk menandatangani berkas kamu. Kadang, saking kepepetnya, kamu baru meminta persetujuan beliau di detik-detik terakhir pengumpulan berkas. Akibatnya pasti sudah jelas, kalo bukan kena gampar ya diusir.

8. Ujian meja
Idealnya, SK Penguji sudah kamu setor ke dosen penguji beserta skripsi dan persetujuan pembimbing tiga hari sebelum ujian meja berlangsung. Sering-seringlah mengecek berkas kamu di bagian tata usaha; apa sudah ditandatangani oleh dekan fakultas. Kadang-kadang----saking sibuknya----mereka sering lupa membawa berkas kamu untuk ditanda tangani oleh dekan.

Datanglah sejam sebelum ujian meja berlangsung. Saat kamu sudah tiba, ingatkan lagi dosen pembimbing dan penguji melalui SMS bahwa hari ini kamu ujian. Gunakan bahasa santun dan sopan. Bawalah beberapa buku referensi yang kamu anggap berhubungan dengan skripsi. Sekedar info, biasanya penguji sangat ingin menjatuhkan mental kamu dengan cara mencari-cari kesalahan (baca: kelemahan). Jadi, sebagai mahasiswa teladan, seharusnya kamu sudah siap siaga menghadapi serangan beliau-beliau ini.



So, are you ready to be great “sarjana”?

Kode Smiley Untuk Komentar


:a   :b   :c   :d   :e   :f   :g   :h   :i   :j   :k   :l   :m   :n   :o   :p   :q   :r   :s   :t  

2 komentar:

  1. Untuk yang cewek: foto berlatar merah dengan memakai jilbab hitam (memperlihatkan telinga), berkemeja putih, dan berjas hitam. <-- kok aneh ya . . . hehe

    Oya, kamu harus melampirkan referensi sebanyak 17 (tujuh belas) buku agar proposal kamu bisa diseminarkan----kalo misalnya kamu belum mampu menemukan referensi sebanyak 25 (dua puluh lima) buku (banyak yang nanya soalnya, jadi dicantumin). <-- ditempatku gak ada syarat yg beginian . . . :D

    BalasHapus