Happy Cat Kaoani

Kamis, 21 Januari 2016

Best Social Media (I’ve Ever Had): PLURK

Saya pertama kali bergabung di Plurk tahun 2010, tepatnya tanggal 1 Maret nyontek dari profil. Saat itu medsos yang paling tren adalah Facebook dan Twitter. Seorang teman mengundang saya untuk bergabung di sini dan sayang sekarang dia sudah tidak aktif, dan ketika saya search untuk mencari tahu seperti apa ‘penampakannya', saya seketika jatuh cinta.

Tampilannya emang ‘nggak banget’. Sederhana, tetapi bagi saya Plurk cukup seru dan ‘lain’ dari medsos waktu itu. Dengan layout yang bisa diganti sesuai keinginan, membuat kita langsung teringat Friendster, medsos yang paling buming tahun 2000-an. Dan untuk membuat perasaan ‘lebih tersampaikan’, ada beberapa emoticons yang disediakan, tetapi ada ‘persyaratan tertentu’ bagi pengguna. Apa itu?

Namanya ‘Karma’. Bukan, ini bukan judul lagunya ‘Cokelat’, atau perbuatan manusia ketika hidup di dunia. Karma itu sejenis poin yang harus diraih pengguna agar tampilan plurk-nya maksimal. Makin tinggi karma, emoticons yang didapat semakin banyak. Awalnya, karma plurk itu sampai angka 100. Belakangan, angkanya semakin bertambah. Untuk saat ini, karma tertinggi yang diraih seorang plurker Indonesia adalah 150. Saya juga nggak tahu pasti sampai kapan karma ini berlanjut (langsung baper di bagian ini)..


Tampilan Profil Plurk

Selain emoticons, plurk juga menyediakan berbagai ‘aktivitas’ untuk menggambarkan perasaan kita. Ada salah satu ungkapan yang menjadi andalan plurker sejati, yakni ‘whisper’ atau ‘bisik’. Ungkapan ini berguna bagi plurker yang ingin menyampaikan sesuatu tapi tidak ingin diketahui sebagai dirinya. Contohnya; plurker A ingin menyatakan perasaannya pada plurker B tanpa diketahui yang bersangkutan karena kemungkinan besar ditolak, karena itu ia mengirim ‘whisper’.


Berbagai ‘aktivitas disediakan untuk melengkapi Plurk-mu

Yang unik, ‘whisper’ ini hanya terlihat di circle pertemanan pengguna. Jadi, pastikan kamu berteman dengan sang target sebelum melancarkan ‘bisikan’ hatimu. :D


Tampilan Plurk anonymous (kiri) dan Plurk ‘normal’

Meski pilihan sosmed sekarang semakin menggila, toh saya tetap setia menggunakan Plurk. Tidak ada orang yang akan mengataimu ‘alay’ jika kamu apdet status begini, "Huft, hujannya kok belum reda ya? (emoticon sedih)" Jika di medsos lain, dalam waktu sepersekian detik statusmu akan di-capture dan jadi bahan meme orang iseng.

Bagaimana denganmu? Tertarik buat gabung? :)

Rabu, 20 Januari 2016

3 Meals A Day: Kembali Ke Kehidupan Alam

Poster variety show '3 Meals A Day: Jeongseon Village'
Acara ini dibuat karena ‘obrolan iseng’ seorang PD dengan Lee Seo-jin yang terkesan dengan kemampuannya ‘mengolah makanan’ dengan bahan minim untuk para kakek di Grandpas Over Flowers dalam bagian perjalanan ke Spanyol. Saat kembali ke Seoul beberapa waktu kemudian, acara ini pun dibuat dengan Taecyeon ‘2PM’ sebagai rekannya. FYI, mereka berdua dipasangkan karena saat itu baru saja selesai bekerja sama dalam sebuah drama berjudul ‘Wonderful Days’.

Pertama nonton awalnya nggak ngeh juga. Iya, serius. Soalnya seperti kegiatan sehari-hari: bangun tidur, makan, bekerja di ladang, istirahat, dan seterusnya. Benar-benar beda pokoknya dengan reality show Korea yang lain. Tapi, semakin diperhatikan semakin menarik. Apalagi acara dengan genre seperti ini termasuk baru di Korea.


Perpaduan antara sifat Seo-jin yang penggerutu dengan Taecyeon yang ceroboh pastinya bakal seru dan sayang untuk dilewatkan. Di awal episode, mereka berdua (utamanya Seo-jin) selalu mengeluh karena mereka sama sekali awam tentang kehidupan pedesaan. Mereka tidak tahu cara menyalakan api secara tradisional, memasak menggunakan tungku, memanaskan ruangan, cara berladang, dan segala hal yang berbau pedesaan lainnya.




Rumah 3 Meals A Day: Jeongseon Village

Di musim pertama mereka berkenalan dengan tanaman serbaguna. Jadi, bila mereka meminta daging tiap kilogram, akan ditukar dengan satu kantong tanaman serbaguna. Di awal-awal, mereka tidak bisa menahan godaan untuk memakan daging. Apalagi tamu-tamu mereka adalah 'orang penting', sehingga mau tak mau mereka harus menyajikan daging agar mereka puas.


Di season dua, mereka terlihat lebih mahir. Sedikit demi sedikit Taecyeon mulai terbiasa dengan kehidupan pedesaan. Di musim kedua, Kim Kwang-gyoo dipanggil menjadi member. Kwang-gyoo dipanggil mungkin karena dia terlihat sangat menikmati kehidupan pedesaan ketika jadi bintang tamu sebelumnya. Selain itu, mereka butuh 'tenaga'-nya, karena di musim kedua ini mereka 'berperang'  dengan jagung.

Serunya kehidupan mereka tidak sebanding tanpa kehadiran maskot. Yuk berkenalan dengan mereka satu per satu. :)



1. Mingky


Mingky kecil (atas) dan dewasa (bawah)

Mingky adalah anjing betina asli Jeongseon. Anjing ini katanya milik seorang nenek yang tinggal di sana. Awalnya, namanya bukan Mingky (saya lupa nama sebelumnya, masih mencari episode pertama). Choi Hwa-jung lah yang memberi nama itu, karena ia rasa nama itu lebih pantas untuknya.

Yang unik, Taecyeon mengaku kalo ini adalah hewan peliharaannya yang pertama. Sebelumnya, dia tidak punya peliharaan sama sekali. Sedangkan Seo-jin mengaku kalo ia benci binatang. Dia nggak suka dengan bulu binatang yang rontok. Tapi saat tahu Mingky hamil, dia jadi merasa kasihan padanya. Dia juga yang memberi nama anak-anak Mingky (yang semuanya jantan), Sapi (dari kata sapphire) dan Eddie (dari kata emerald). Tadinya mau dikasih nama seperti nama bangsawan Eropa, tapi Seo-jin takut mereka akan marah karena dianggap melecehkan (ada-ada aja :D).

Foto sebelah kiri (dari kiri-kanan): Sapi dan Eddie saat baru berusia tiga hari.
Foto sebelah kanan (dari kiri-kanan): Eddie dan Sapi usia empat bulan.


Tadinya, Taecyeon ingin mengadopsi Mingky dan kedua anaknya. Tapi PD Na bilang Mingky tidak bisa dibawa sebab anjing itu punya pemilik. Jadinya Taecyeon hanya membawa Eddie, sedangkan Sapi tetap di Jeongseon bersama induknya.



2. Jackson



Jackson adalah 'member' kedua setelah Mingky. PD Na sendiri yang memberi nama untuknya. Awalnya saya pikir itu jantan, tapi ternyata setelah PD Na memberitahu alasan untuk memelihara Jackson, saya baru ngeh kalo dia itu betina. Seo-jin awalnya menggerutu (seperti biasa, karena dia nggak suka binatang), sehingga tugas memerah susu diserahkan pada Taecyeon. Tapi lama-kelamaan, Seo-jin jadi menyukai Jackson. Pun sebaliknya, Jackson begitu ramah padanya. Mereka pun sering diledek sebagai 'pasangan'.

Jackson melahirkan anak-anaknya di minggu pertama bulan Februari 2015. Oleh Seo-jin, keduanya diberi nama Pearl (dari black pearl) dan Diamond (dari white diamond). Seo-jin beralasan, anak-anak seperti batu permata. Karena itu ia harus dijaga dan dirawat dengan baik sebagai generasi penerus. Oya, anak-anak Jackson semuanya adalah betina.


Foto sebelah kiri (dari kiri-kanan): Anak-anak Jackson saat baru dilahirkan.
Foto sebelah kanan (dari kiri-kanan): Pearl dan Diamond dewasa.


Klik di sini untuk melihat foto-foto lainnya. Jangan lupa juga lihat teaser-nya:)


Rabu, 06 Januari 2016

'Youth Over Flowers' Terbaru Syuting di Islandia

Tau kan acara jalan-jalan yang murah ala PD Na? Yup, salah satunya adalah Youth Over Flowers. Di Korea, reality show ini mencatat rating sebanyak 9,1 persen pada saat premiere-nya di Hari Tahun Baru. Ini adalah rekor tertinggi untuk debut setiap acara hiburan teve kabel.

Sesuai namanya, perjalanan ini memang ditujukan untuk anak muda yang ingin berpetualang ke tempat baru. Setelah sebelumnya bertualang di Peru (Yoon Sang, Yu Hee-yeol, dan Lee Juck) dan Laos (Yoo Yeon-seok, Son Ho-jun, dan Baro), kali ini perjalanannya berlanjut ke Islandia dengan cast members Jung Woo, Jung Sang-hoon, Kang Ha-Neul, Dan Jo Jung-suk. Keempatnya akan mencari "hadiah dewa", yakni Cahaya Aurora (Northern Lights).


Cast members 'Youth Over Flowers' berpose saat konferensi pers di sebuah hotel di Gangnam, Seoul pada 29 Desember 2015 lalu. Dari kiri: Jung Woo, Kang Ha-neul, Jung Sang-hoon, dan Jo Jung-suk. (courtesy of CJ E&M)

Menurut PD Na sendiri, mereka tidak direkrut secara sengaja sebagai members. "Aku kebetulan bertemu Jo Jung-suk, dan saat berbincang dengannya, kupikir akan menyenangkan bila bepergian bersamanya. Jadilah aku mencari orang-orang sekitar Jo untuk menemaninya di acara ini," ujarnya saat konferensi pers di hotel Imperial Palace di Gangnam, Seoul pada 29 Desember 2015 lalu.

PD Na menyebut bahwa episode ini adalah yang terbaik sepanjang masa dari serial 'Over Flowers'. Soalnya ini pertama kalinya PD Na dan timnya jalan-jalan ke sebuah negara bagian utara karena perjalanan ke Islandia relatif murah selama musim dingin.

"Rasanya sulit untuk bepergian ke tempat yang dingin bersama dengan mereka yang berusia 60-an dan 70-an, tapi anak muda ini bisa enjoy bersama-sama, dan menunjukkan pemuda yang tanpa rasa takut," tambah PD Na.

Di episode pertama; hanya Jo, Jung Woo, dan Jung yang naik pesawat menuju Islandia yang beku. Mereka bertiga tidak memiliki pengalaman backpacking dimana pun dan parahnya lagi mereka bertiga tidak fasih berbahasa Inggris, tetapi mereka tetap berpikir positif. Mereka menyebut dirinya "Trio Bodoh", mengacu pada kekonyolan mereka, tetapi mereka berjanji menjaga satu sama lain selama perjalanan.

Jung, yang tertua dari mereka bertiga, merawat dua temannya dengan membuat suasana nyaman bagi mereka dan berbagi segala hal. Jo mengambil peran "otak" karena kemampuannya dalam menggunakan aplikasi penerjemah di smartphone-nya. Sedang Jung Woo selalu memancarkan kebahagiaan. Senyum selalu menghiasi wajahnya dan ia 'ringan tangan'. Dia memamerkan keterampilan memasak yang diperoleh dari kemandiriannya selama bertahun-tahun.

Tiga orang yang optimis ini berhasil memikat penonton, terbukti dari nama members dan acara perjalanannya menduduki peringkat atas dari kata yang sering dicari di portal website.

Penampilan Kang di episode kedua Jumat ini di tvN diharapkan membuat tim sempurna untuk memulai kisah perjalanan mereka.

Bagi teman-teman yang penasaran, silahkan pantau Channel M di hari Sabtu, 16 Januari mendatang pukul 20.00 WIB. Don't miss it, guys!!!


Disarikan dari sini dengan pengubahan seperlunya.

Selasa, 05 Januari 2016

3 Meals A Day Fishing Village: Penyintas di Pulau Manjae

Poster acara 3 Meals A Day Fishing Village 2
3 Meals A Day: Fishing Village adalah versi kehidupan pulau dari 3 Meals A Day: Jeongseon Village. Lokasinya di Pulau Manjae, yang terkenal dengan guritanya. Jaraknya cukup jauh, sekitar 6 jam perjalanan dari Pelabuhan Mokpo menggunakan kapal feri, tapi jika dari Seoul bisa makan waktu 10 jam.

Dibintangi oleh Yoo Hae-jin, Cha Seung-won, dan Son Ho-jun; serial keduanya sudah selesai pada akhir November lalu, sekaligus akhir cerita petualangan mereka di Manjae. Sedih sih, tapi PD Na memang sudah mengatakan sebelumnya bahwa acara ini hanya dibuat selama dua season.

Mumpung ingatan saya masih fresh, saya akan bahas reviewnya mulai dari musim pertama. Cuuuuussss!


***
Melihat Seung-won dan Hae-jin 'beraksi' di acara ini memang seru. Kondisi cuaca yang kadang ekstrim, ditambah kepribadian mereka yang sangat jauh berbeda membuat kita terhibur. Oya sekedar info, sebelumnya Jang Keun-suk bergabung di acara ini. Saat episode baru setengah berjalan, ia tersandung skandal. Karena itu berdasarkan pertimbangan dari manajer dan produser, akhirnya ia mengundurkan diri. Posisinya kemudian digantikan oleh Son Ho-Jun (yang awalnya datang sebagai tamu).

Musim pertama lumayan 'menyedihkan', karena saat itu bertepatan dengan musim dingin sehingga ikan sulit didapat oleh Hae-jin. Tetapi yang membuat semua heran dan kagum adalah kemampuan Seung-won dalam mengolah dan memasak makanan. Di kemudian hari ia dijuluki sebagai 'Cha-jumma' (plesetan dari kata ajumma). Ketika ditanya mengenai kemampuannya, Seung-won tersenyum dan bilang kalo di rumah dia juga sering membantu istrinya di dapur. Ketika masih muda dulu, dia selalu berpikir bahwa pria yang pandai memasak kelihatan 'seksi' (beda jauh ya dengan Lee Seo-jin). Itulah (mungkin) salah satu alasan mengapa ia tidak asing dengan dapur dan segala pernak-perniknya. Selain itu, ia juga menyukai kebersihan. Pokoknya macam ibu-ibu kebanyakan deh!

Karena kepandaiannya, PD Na dan staf lain sempat kesulitan dalam menentukan menu yang harus mereka masak di musim pertama. Menu tersulit yang mereka buat di musim pertama adalah roti dan pizza. Seru rasanya melihat mereka membuatnya dengan bahan dan peralatan seadanya. Sedangkan di musim kedua mereka tidak dituntut untuk membuat hidangan tertentu seperti di musim sebelumnya. Mungkin karena kemampuan masaknya yang brilian, jadi PD Na merasa Seung-won nggak perlu diperintah lagi. :D



Rumah Three Meals A Day Fishing Village

Di musim pertama juga ada momen unik. Jadi Seung-won pernah 'meninggalkan' Hae-jin dan Ho-jun karena ia ingin merayakan ulang tahun anaknya. Ia sungguh khawatir, karena itu Seung-won membuatkan kimchi sebelum meninggalkan pulau agar mereka bisa memakannya saat sarapan esok hari. Ia juga mengajarkan Ho-jun takaran bumbu untuk memasak. Lucu deh liat mereka menyiapkan makanan. Jika ada waktu, akan saya share videonya.

Di musim kedua, cuaca lebih bersahabat, dan Hae-jin relatif sering dapat ikan. Sayang, hingga akhir episode ia tidak berhasil menangkap ikan kapas merah dan ikan kapas batu, yang merupakan dua dari 'tiga pemimpin Pulau Manjae'. Pemimpin yang ketiga adalah gurita, dan (untungnya) berhasil ditangkap menggunakan lukah.

Bintang tamunya juga lumayan keren. Sayangnya, di acara ini belum pernah kedatangan tamu wanita. Mungkin karena terlalu ribet kali ya, jadinya mereka nggak ngundang tamu berjenis kelamin wanita. Di musim pertama, Ho-jun menjadi tamu dan secara resmi 'diangkat' sebagai member. Selanjutnya Jung Woo, dan terakhir adalah Choo Sung-hoon (yang sering nonton Superman Returns pasti tahu, dia ayahnya Sarang).

Sedangkan di musim kedua, Park Hyung-sik dipilih sebagai tamu pertama. Ho-jun bergabung setelahnya karena jadwal yang padat. Setelah itu Lee Jin-wook, dan terakhir Yoon Kye-sang. Yang menarik dari Jin-wook adalah ia baru kali ini tampil dalam reality show, jadi kemunculannya sudah pasti sangat ditunggu penggemarnya.

Terakhir, saya ingin menceritakan soal maskot mereka, Bul dan Sanchae. Awalnya hanya Sanchae seorang, tetapi karena ia sering menangis karena kesepian, akhirnya ia ditemani oleh seekor kucing, yang hae-jin beri nama Bul. Kata Hae-jin, karena banyak orang yang menamai kucingnya Nabi, maka ia memberi nama Bul biar anti mainstream. :D


Bul kecil (kiri) dan Bul dewasa (kanan)

Sanchae kecil (atas) dan Sanchae dewasa (bawah)

Sedih rasanya membayangkan ini adalah episode terakhir. Yang kangen dan ingin mengintip foto-foto keseruan mereka, silahkan klik di sini. Untuk sementara ini, saya masih mencari episode lengkapnya. Untuk saat ini, silahkan lihat teaser-nya.

Selasa, 29 Desember 2015

McFARLAND, USA: Mimpi yang Menjadi Nyata

Poster film McFarland, USA
Setiap orang pasti memiliki mimpi, tetapi tidak semua orang yang berhasil mewujudkannya. Pengorbanan dan tekad yang kuat adalah kunci untuk menuju kesuksesan. Semua itu 'dititipkan' oleh Tuhan untuk orang-orang pilihan...
                                                          
McFarland adalah sebuah kota kecil yang terletak di California. Kota yang mulanya 'normal' mendadak 'bermimpi' karena kedatangan seorang pria.

Jim White (Kevin Costner), istrinya Cheryl White (Maria Bello), serta kedua putrinya Julie White (Morgan Saylor) dan Jamie White (Elsie Fisher) datang ke kota ini setelah Jim dipecat sebagai pelatih football karena tidak sengaja melukai salah seorang anak asuhnya. 

Saat mereka tiba, segalanya terasa sunyi dan asing. Tidak mudah untuk berkomunikasi dan mengakrabkan diri dengan penduduk sekitar, karena sebagian besar penduduk McFarland adalah ras Hispanik atau Latino. Tapi Jim berusaha meyakinkan keluarganya bahwa kondisi ini hanya sementara. Setelah keuangan mereka membaik, mereka akan pindah ke 'kota yang lebih baik'.

Jim kemudian diterima sebagai guru olahraga (physical education teacher atau PE teacher) sekaligus asisten pelatih futbol di SMA McFarland. Selama mengajar PE, Jim sering memperhatikan beberapa siswa; Victor Puentes (Sergio Avelar) dan Johnny Sameniego (Hector Duran)---keduanya dikeluarkan dari tim futbol sekolah---yang berlari lebih cepat dibanding teman-temannya yang lain.

Jim kemudian menemui kepala sekolah, Camillo (Valente Rodriguez), agar mengijinkannya membentuk tim untuk mengikuti lomba lari lintas alam untuk memperebutkan gelar juara se-California. Setelah mendapat persetujuan, melalui bantuan Johnny, Jim kemudian merekrut enam orang; dimulai dari Victor; Diaz bersaudara (Danny Diaz [Ramiro Rodriguez], David Diaz [Rafael Martinez], Damacio Diaz [Michael Aguero]); Jose Cardenas (Johnny Ortiz); dan terakhir Thomas Valles (Carlos Pratts).

Berbagai kendala dihadapi Jim. Minimnya fasilitas, konflik dengan orangtua Diaz bersaudara, masalah keluarga Valles, waktu keluarga yang berkurang karena latihan, rasa minder anak asuhnya terhadap tim lain; adalah beberapa hal yang harus ia atasi.

Pada akhirnya, tekad dan keberanian mereka untuk mewujudkan mimpi demi sekolah dan McFarland membuat mereka semakin dekat untuk meraih kesuksesan...
***
Film olahraga ini sangat menginspirasi dan cocok ditonton untuk semua umur. Alur cerita yang mudah dimengerti dan tidak bertele-tele membuat penonton ikut merasakan semangat mereka untuk mengubah nasib. Belum lagi konflik yang dialami pemain membuat emosi kita teraduk-aduk.

Sayang, ada beberapa tokoh yang kehidupan keluarganya 'kurang digali' lebih dalam. Penonton hanya sering melihat kehidupan keluarga Thomas dan Diaz bersaudara. Ditambah dengan kurangnya dokumentasi berupa foto atau lainnya untuk menggambarkan kehidupan tokoh asli di masa mudanya (biasanya diletakkan di awal atau akhir film).


Tapi teman-teman jangan kecewa. Saya punya dua foto yang saya dapat dari internet. Full cast bisa di-klik di siniBaca juga kisah tragis yang terjadi pada tim putri McFarland tahun 1987 (artikel dalam bahasa Inggris, jika ada waktu akan saya terjemahkan).


Dari kiri: Thomas Valles, Victor Puentes, Damacio Diaz, Johnny Samaniego, Jose Cardenas, Danny Diaz, dan pelatih Jim White. Luis Partida tidak ada dalam gambar.  


Selasa, 22 Desember 2015

Ibu (Lanjutan Curhat 'Ayah' Sebelumnya)

Tidak bisa dipungkiri, sosok ibu memang memiliki keistimewaan tersendiri. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam sendiri juga menegaskan bahwa ibu adalah orang yang harus diutamakan melebihi ayah, karena surga berada di bawah telapak kaki beliau.

Sosok ibu sendiri diidentikkan dengan kelembutan, kasih sayang, berusaha mengayomi dan melindungi anaknya. Tidak pernah sekali pun kulihat ada tulisan yang menjelek-jelekkan ibu, karena kemuliaan sifatnya.

Lalu bagaimana dengan ibuku?
***
Aku lahir jauh sebelum yang namanya Komisi Perlindungan Anak Indonesia berdiri. Sejak kecil, aku di-didik dalam lingkungan 'kekerasan adalah hal yang lumrah', sehingga tak heran aku kadang melihat kedua orangtua bertengkar hingga berakhir dengan saling melempar panci atau memecahkan piring.

Ibu juga kadang memukulku bila 'bandel'. Cubitan yang membiru, ditetesi minyak panas di lengan, ditelanjangi di depan pekarangan rumah (disaksikan oleh tetanggaku sendiri), kepala yang benjol karena dihantam ke lantai, dijejalkan cabe rawit ke mulut; adalah beberapa 'siksaan' yang kuterima di masa kecil (hingga hari ini, aku mencoba mengingat kesalahan apa yang telah kulakukan hingga ibu begitu murka. Namun sekeras apapun aku mencoba, yang terkenang hanya perbuatan itu)

Tidak hanya fisik, ibu juga sering menekanku secara mental. Sering ibu mengatakan bahwa aku adalah anak pembawa sial, sehingga alam bawah sadarku tanpa sadar menerima sugesti itu.

***
Memasuki masa SMP dan SMA aku menjadi 'liar'. Tanpa kusadari, aku kemudian tumbuh menjadi gadis yang tertutup dan pemarah. Kenangan masa kecil yang terus menghantui mungkin salah satu penyebabnya.

Seringkali juga hubunganku dengan ibu 'panas-dingin'. Ibu memang kadang memukulku bila aku 'melanggar aturan'
, tapi pukulan itu tak pernah lagi kurasakan sebagai rasa sakit, melainkan hanya kuanggap sebagai 'gertak-sambal.

Syukurnya
, meski hubunganku dengan ibu buruk, aku tak pernah 'kehilangan pegangan'. Bagiku, menerjunkan diri ke hal-hal negatif hanya akan merusak diri sendiri. Aku hanya ingin tahu mengapa ibu memperlakukanku begitu buruk semasa kecil.
***
Saat kuliah, aku sadar bahwa aku butuh pertolongan. Akhirnya kuputuskan untuk mencurahkan segalanya melalui tulisan. Memang sepele, tapi dampaknya mulai terasa. Perasaanku jauh lebih 'ringan'. Rasanya seperti mengangkat beban yang sangat berat, dan tubuh kembali ringan.


Pelan-pelan aku juga mulai menata hubungan yang baik dengan ibu. Tidak mudah memang, karena saat melihatnya masa-masa buruk itu kembali terulang. Ya, ironis memang bahwa sumber ketakutanku adalah ibuku sendiri.

Masa kecil memang tak akan bisa diulang, dan aku juga tidak ingin 'menuntut'. Aku hanya ingin bertanya, layakkah masa kecilku yang 'putih' harus diisi dengan kenangan 'hitam'?


Baca cerita sebelumnya di sini.



*)seperti dituturkan Ms. X di kota X via email

Minggu, 20 Desember 2015

I CAN SEE YOUR VOICE: Karena Buta Nada Harus Tampil!

Berapa banyak acara ajang pencarian bakat dalam bidang tarik suara yang disiarkan di teve? Tak terhitung! Ada The Voice, Indonesian Idol, X Factor, Akademi Fantasi Indosiar (AFI), Kontes Dangdut Indonesia (KDI), D'Academy, dan masih banyak lagi.

Bosan? Iyalah! Ajang pencarian bakat pastinya hanya akan menampilkan orang-orang yang berbakat dan bertalenta. Yang suaranya pas-pasan atau nggak keren, hanya bisa memimpikannya dalam tidur. Kadang juga, ada penyanyi yang suaranya bagus, tapi nggak lolos karena bukan kriteria juri, perolehan dukungan yang kurang, dan lain-lain. Kecewa? Pastilah! Udah capek-capek kirim SMS, ketik hashtag banyak-banyak, toh juga tetap nggak lolos.

Tapi di Korea, ada acara musik misterius yang akan membuat kita terkejut di awal hingga akhir acara!
***
Poster acara musik 'I Can See Your Voice 2'
Namanya I Can See Your Voice. Dibawakan oleh Leeteuk Super Junior, Kim Bum-soo, dan komedian Yoo Se-yoon; acara ini sudah tayang selama dua season di Channel M. Acara ini cukup unik dan mendapat tanggapan yang cukup bagus.

Di setiap episode, dihadirkan bintang tamu yang cukup berpengalaman dalam perindustrian musik. Tugasnya 'sederhana', yakni bintang tamu harus menebak peserta yang buta nada di antara tujuh orang peserta dibantu beberapa panelis; dan dibagi menjadi tiga sesi.

Sesi pertama yakni tebak gaya. Peserta diminta berpose saat menyanyi sementara para MC akan memperkenalkan nama dan latar belakangnya secara singkat (sebelumnya di season pertama, babak ini mengungkap suara mereka saat menyanyi---dalam bentuk rekaman video---selama 0,5 detik). Setelah mereka semua diperkenalkan, bintang tamu dibantu saran dari panelis menebak dua orang yang buta nada. Mereka yang terpilih harus maju ke Panggung Kebenaran untuk membuktikan apa mereka buta nada atau penyanyi andal dan secara otomatis akan gugur.

Sesi selanjutnya adalah adu lipsync. Lima orang yang bertahan akan menunjukkan kemampuan lipsync sebuah lagu. Setelah semuanya selesai, bintang tamu dan panelis kembali harus menebak dua orang, dan yang terpilih harus menunjukkan di panggung untuk membuktikan anggapan panelis, bintang tamu, dan penonton. Di babak ini disediakan 'bantuan' bernama Peluang Bum-soo. Bintang tamu dapat menggunakan ini untuk menebak penyanyi yang dianggap 'masih misterius'. Jadi, MC Kim Bum-soo diberi kesempatan mendengar suara salah satu peserta (yang dipilih bintang tamu) saat menyanyi melalui earphone. Bintang tamu harus menebak apa peserta tersebut buta nada atau bukan melalui ekspresi Bum-soo saat mendengarkan suara peserta.

Sesi ketiga adalah tebak kebenaran. Tiga orang peserta yang tersisa akan menunjukkan bukti bahwa mereka penyanyi andal melalui foto. Bintang tamu akan diberi kesempatan berdiskusi dengan panelis soal foto yang ditunjukkan selama 100 detik. Setelah itu, bintang tamu akan memilih seorang di antara mereka.

Yang terakhir adalah bicara melalui mata. Dua orang ini akan menunjukkan kesungguhan mereka melalui tatapan mata kepada bintang tamu. Setelah kontak mata yang singkat, bintang tamu harus memilih siapa yang akan diajak berduet sementara yang lainnya akan naik ke panggung untuk membuktikan. 

Jika yang terpilih berduet dengan bintang tamu adalah penyanyi andal, dia akan dibuatkan album. Tetapi jika buta nada, ia akan mendapatkan uang sebanyak 5.000.000 Won (US$ 5000 = Rp 70.000.000 [kurs US$ 1 = Rp 14.000])

***
Yang menarik di sini adalah para peserta tidak boleh berbicara sepatah kata pun hingga MC mempersilahkan mereka. Pun saat peserta terpilih untuk berduet dengan bintang tamu, mereka tidak boleh mengeluarkan suara hingga gilirannya menyanyikan part lagu.

Kadang untuk mengecoh panelis dan bintang tamu, tim kreatif menambahkan beberapa properti. Seringkali, panelis dan bintang tamu kecele karena hal ini. Hal ini membuat kita mengingat (lagi) pepatah lama: jangan pernah menilai orang dari luarnya doang!

Bagi saya pribadi, acara ini cukup seru. Apalagi konsep yang ditawarkan cukup unik, dimana buta nada dan penyanyi andal berbagi panggung yang sama. Ada banyak cerita yang diungkap, dan di balik itu semua kita disadarkan pada fakta bahwa jalan yang mereka tempuh untuk mencapai impian tersebut tidak mudah.

Yang penasaran, silahkan tonton di Channel M setiap hari Sabtu, pukul 17.00 WIB atau search videonya lewat Youtube. Berikut ini beberapa cuplikan klipnya.




I Can See Your Voice season 1










I Can See Your Voice season 2









Tuli nada, jangan pernah minder ya! :)